Lihat ke Halaman Asli

Edy Supriatna Syafei

TERVERIFIKASI

Penulis

Jalan Tol dan Instrumen Politik

Diperbarui: 5 Februari 2019   14:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu ruas jalan tol di Malaysia. Di sini, pemotor bebas masuk. Foto | Dokpri

Untuk memenangkan pertarungan pemilihan kepala negara, ternyata, menjadikan jalan tol sebagai instrumen politik dapat menggapai sukses. Tapi, bisa pula menuai celaan.

Salah satu contohnya Mahathir Mohamad, tokoh politik gaek di Malaysia itu sukses merebut kursi perdana menteri yang pernah dikuasainya. Sukses itu salah satu sebabnya ia mampu meyakinkan warga negeri jiran itu dengan iming-iming program tol gratis.

Ruas tol yang dijanjikan Mahathir gratis saat kampanye. Ternyata, tak bisa gratis. Foto | Dokpri

Dalam obrolan di sebuah warung kopi di Pahang, Malaysia, belum lama ini, penulis merasa terkejut bahwa ternyata isu yang digunakan tokoh politik berusia 93 tahun ini (lahir 10 Juli 1925 di Aor Setar) selanjutya menjadi isapan jempol belaka.

Sambil menikmati kopi Tongkat Ali yang terkenal di negeri jiran itu, pembicara kebanyakan berasal dari warga Indonesia dan telah menjadi warga negara setempat. Mereka tertarik pada pembicaraan di politik Tanah Air seputar pembangunan infrastruktur dan Pilpres yang diikuti dua pasangan calon.

Mahathir bin Mohamad adalah politikus Malaysia yang menjabat sebagai Perdana Menteri Malaysia ke-4 dan ke-7 setelah pemilihan umum 2018. Ia merupakan anggota Parlemen Malaysia mewakili Langkawi di Kedah.

Setelah memenangkan perlombaan pemilihan perdana menteri, ia ingar janji tak memenuhi program jalan tol gratis. Tidak berbayar.

Kongkow politik di Warkop Malaysia bersaama kopi Tongkat Ali yang terkenal itu. Foto | Dokpri

Mengapa?

Begini. Belakangan terungkap bahwa untuk menggratiskan jalan tol adalah suatu pekerjaan yang tidak mungkin. Lagi pula, program tol gratis yang masuk pada manifesto politik Koalisi Pakatan Harapan sejak semula dia ditolak.

Salah satu pengusung koalisi ini adalah Partai Pribumi Bersatu Malaysia, yang dibentuk dan dipimpin Mahathir. Koalisi ini terbentuk untuk menghadapi pemilu Malaysia pada Mei 2018. Mahathir sebagai kandidat PM mengalahkan petahana PM Najib Razak.

"Kami membuat manifesto itu dengan berpikir tidak akan menjadi pemerintah. Sekarang, kami pemerintah dan manifesto ini menjadi beban besar," kata dia seperti dilansir Channel News Asia dan Straits Times pada Kamis, 11 Oktober 2018.

Tegasnya, kini Mahathir tak bisa mewujudkan program tol gratis.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline