Lihat ke Halaman Asli

Edy Supriatna Syafei

TERVERIFIKASI

Penulis

Pasca Jokowi Cukur Rambut Bareng, "Asgar" Merasa Naik Daun

Diperbarui: 20 Januari 2019   14:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: regional.kompas.com

Pasca Presiden Joko Widodo mengikuti acara cukur massal di Garut, Jawa Barat, Sabtu (19/1/2019), warga Garut yang populer di kalangan warga Jawa Barat dengan sebutan Asgar -- kepanjangan dari Asli Garut -- kini merasa tersanjung  lantaran keahliannya sebagai tukang cukur diakui.

"Presiden saja mau dicukur bersama dengan rakyat. Barengan. Nanti, kalau ada sunatan massal di Garut, cucunya disertakan. Bukan tidak mungkin itu dapat terjadi. Presidennya merakyat, kan?" kata Kang Oman, tukang cukur di kawasan Ceger, Jakarta Timur mengomentari peristiwa langka itu.

Orang Garut memang dikenal sebagai tukang cukur sejak lama. Dari kawasan ini juga banyak warganya punya keahlian memperbaiki sepatu yang rusak. Menjadi tukang sol. Dan yang paling populer adalah membuat jaket kulit yang belakangan ini makin digemari warga Jawa Barat.

Untuk jaket kulit, harganya memang bersaing dengan produk luar negeri. Soal kualitas, tak bakal kalah kalau dibandingkan dengan produk dari negara Eropa.  Harganya pun bersaing. Karena dari sisi dompet tipis, kala berkunjung ke Garut, penulis hanya mampu membeli topi terbuat dari kulit.

Kalau pintar menawar, dengan bahasa Sunda sedikit-dikit, pasti penjualnya merasa iba. Kalau penjualnya wanita cantik, hati-hati, anda bisa terpikat. Gadis dari Garut memang, hmmm.

Presiden Joko Widodo ikut cukur massal di Garut. Foto | Liputan6

Garut, Tasikmalaya dan Ciamis -- tiga kabupaten bertetangga  ini -- warganya memang sangat populer dengan keahlian masing-masing. Tasikmalaya terkenal dengan pakaian renda dan Ciamis dikenal sebagai tukang kredit dan pedagang emas. Soal keahlian ini memang masih dapat diperdebatkan. Tapi, ini pandangan penulis saja, karena kala bepergian ke berbagai daerah dan berjumpa dengan warga tersebut, faktanya memang demikian.

Lepas dari hal tersebut, terpenting kini adalah adanya perhatian tinggi dari seorang presiden kepada para tukang cukur tadi. Yaitu, adanya bantuan rumah bagi para tukang cukur dengan subsidi dari pemerintah.

"Wuih, keren, kan?" kata penulis kepada Kang Oman yang mengetahui informasi tersebut melalui layar televisi.

"Saya bangga. Moga-moga pak presiden dan keluarga selalu dalam lindungan Allah," ia mendoakan Jokowi.

Di Jakarta dan beberapa kota lainnya, para tukang cukur asal Garut tak malu-malu menunjukan keakhlian mencukur. Bahkan di ruang cukurnya kadang dijumpai tulisan Asgar sebagai penegasan ia berasal dari Garut.

Pesaing tukang cukur dari Garut kebanyakan anak muda yang mendapat pendidikan keterampilan dari Balai Latihan Kerja.  Mereka ini umumnya mendapat dukungan modal sehingga mampu membuka tempat cukur dengan ruang yang jauh lebih bersih, ruang ber-AC dan peralatan cukur yang bagus.

Sementara tukang cukur dari Garut kebanyakan yang hadir di beberapa pinggir jalan, seperti di jalan Ceger Raya, adalah menyewa atau mengontrak ruang yang dibayar secara bergotong royong dengan rekannya. Kebanyakan satu ruang diisi dua tukang cukur. Peralatan cukurnya memang sederhana. Ruang cukur rada kotor dan tidak memperhatikan kebersihan. Karena tak ada AC, terasa ruang pengab.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline