Cameron Highlands, Objek Wisata Berpotensial Geser Popularitas Puncak
Objek Wisata Puncak di Jawa Barat (Jabar) bakal tergeser popularitasnya dengan Cameron Highlands (Pahang, Malaysia) beberapa tahun ke depan.
Objek wisata yang menurut perkiraan penulis baru dikembangkan sekitar 20 tahun terakhir ini, dapat ditempuh dari Kuala Lumpur sekitar 300 km atau 3 jam 40 menit dengan kendaraan pribadi.
Dalam berbagai literatur disebut bahwa Cameron Highlands atau Tanah Tinggi Cameron merupakan sebuah pusat peristirahatan di dataran tinggi yang terkenal di semenanjung Malaysia. Cameron Highland terletak di barat daya negeri Pahang, sebuah negara yang kaya dengan khazanah hutan alamnya
Lokasi wisata ini sungguh menarik karena di negeri jiran itu sejak dulu sudah dikembangkan jadi objek alam. Objek wisata ini memang berbeda dengan Genting Highlands, yang jauh lebih populer karena pusat permainan judinya selama ini.
Di Genting Highlands, permainan judinya sudah kelewat beken. Warga etnis Cina memang dibenarkan bermain judi. Demikian juga warga Muslim dari luar negeri, menyempatkan bermain judi di sini. Hanya warga Muslim lokal dilarang keras bermain judi.
Genting Highlands yang juga berada di Pahang, lokasinya tak jauh dari Cameron, hanya 165 km atau 3 jam 40 menit. Untuk menuju Cameron dari Genting atau sebaliknya jalannya berkelok-kelok tajam. Mobil harus perlahan.
Wiuh, keren deh merasakan datang ke lokasi ini. Bisa jadi, kalau tak ingat membawa anak cucu iman kuat bisa tergoda dan rontok loh. Terutama di Genting Highlands. Hehe ada cucu sebagai pengingat usia sudah tua. Bau tanah, kata orang Betawi.
Nah, di sini penulis ingin mengungkap keunggulan Cameron Highlands. Alamnya serupa dengan kawasan Puncak, Jabar, yang dapat ditempuh hanya sekitar satu jam dari Jakarta. Cepat, kan? Itu kalau tidak macet di tol dan merayap mulai dari Gadog. Hehehe, ternyata lebih banyak macetnya yang bisa ditempuh bisa 4 jam lamanya.
Dari sisi keindahan alam, wialayah Negara Bagian Pahang ini memanfaatkan udara sejuk dan dingin pegunungan sebagai daya pikatnya. Infrastruktur, seperti jalan raya, jembatan dan penerangan listrik, termasuk pemondokan bagi wisata terlihat apik tertata dengan baik.
Jika dibandingkan dengan Puncak, wuih ketinggalan toh. Apa lagi para pedagangnya banyak membuka lapak sembarangan di tepi jalan. Rasa nyaman hilang karena kendaraan terlalu berdekatan dengan pejalan kaki yang haknya terampas oleh pedagang.