Lihat ke Halaman Asli

Edy Supriatna Syafei

TERVERIFIKASI

Penulis

Tauge Goreng, Hidangan Vegetarian yang Naik Kelas

Diperbarui: 27 November 2018   22:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tauge goreng di pesta pernikahan. Foto | Dokpri

Tauge Goreng tidak lagi dapat dipandang sebelah mata, karena sebagai hidangan vegetarian kini jauh dari kesan "rendahan", sudah naik kelas dan dapat dinikmati para orang-orang berkelas pada pesta-pesta pernikahan di kalangan orang berstrata sosial atas.

Wuih, keren. Sekarang touge dapat hadir di pesta pernikahan orang kelas atas.

Padahal, jika diingat masa lalu, kala penulis masih banyak mengenakan celana pendek, menyaksikan para pedagang tauge (toge) terasa menyedihkan. Mengapa?  Ya karena tampilannya itu "kumel".  Si abang penjualnya itu tampil mengenakan pakaian seadanya. Ia hadir hanya di tepi jalan perkampungan.

Dokpri

Duku, si abang penjual tauge goreng tampil mengenakan pakaian serba hitam, topi dan cincin batu besar ditambahi gelang bahar. Ketika memikul dagangan, si abang berjalan perlahan karena api menyala kecil. Bila tersenggol pemotor, ya resikonya bara api bisa berjatuhan. Karenanya si abang penjual tauge ini harus ekstra hati-hati mengingat materi dagangan harus terangkut bersamaan.

Terlihat kotor disebabkan si abang harus menghadapi asap dari tungku,  tempat masaknya yang menggunakan kayu bakar. Asap mengepul ketika si abang memasak tauge. Tentu saja si abang tak bisa menghindar dari paparan asap ketika beraktivitas.

Meski begitu, sekarang pedagang tauge pikulan sudah banyak berpenampilan rapi. Bahkan ada di antara pedagang ini dilakoni para ibu rumah tangga. Para ibu menjual tauge gorengan dengan menggunakan gerobak. Mereka mangkal di tepi persimpangan jalan.

Sampai saat ini cara memasak tauge goreng tak berubah. Tauge dimasak langsung di hadapan pembeli menggunakan tungku yang sederhana. Meski disebut tauge goreng, tapi tidak digoreng menggunakan minyak, tapi direbus dengan sedikit air panas.

Dokpri

Lantas irisan tahu, mi kuning, dan irisan ketupat atau lontong ditambahkan, ditumis dengan air dan dipanaskan bersama-sama. Ketika bahan-bahan tadi sudah masak, lantas disirami kuah kental bercitarasa asin-gurih yang terbuat dari oncom.

Pakar kuliner menyebut, kuah oncom kental ini dibuat dengan cara menumis oncom yang sudah dilumatkan menggunakan ulekan atau penumbuk, ditumis dengan memakai sedikit minyak goreng, dan ditambahi bumbu dapur, termasuk lengkuas, bawang merah, daun salam, irisan tomat, daun bawang, kucai, dan tauco (pasta fermentasi kacang kedelai), kecap manis, air jeruk nipis, dan garam. Ya, tentu saja masakan ini makin gurih rasanya.

Belum lama ini penulis menghadiri pesta pernikahan Imam Firmansyah dengan Resta Radita Dwi Cahya. Imam adalah putera dari Haji Naih Riyadi, seorang pemuka di Kampung Cikuda, Kecamatan Gunung Puteri, Kabupaten Bogor. Lokasi kampung ini tak jauh dari Jakarta, ya sekitar 20 km.

Perhelatan pesta digelar di Jalan Pancasila, Cikuda. Ketika penulis perhatikan, jalannya pesta pernikahan di kampung ini tak berubah dibanding tahun-tahun sebelumnya. Seluruh anggota keluarga dilibatkan, ada yang menjadi among tamu dan melayani para tamu dari kampung sebelah hingga luar kota.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline