Lihat ke Halaman Asli

Edy Supriatna Syafei

TERVERIFIKASI

Penulis

Rangi, Kue Tradisional yang Dilupakan Orang Betawi

Diperbarui: 24 September 2018   21:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aceh tengah mengolah kue rangi, makan khas Betawi. Foto | Dokpri

Ace (35 tahun) sudah hampir tiga tahun menggeluti bisnis kue Rangi di beberapa titik kota Jakarta. Belakangan ini ia lebih banyak menjajakan kue tradisional khas Betawi itu di kawasan pemukiman kelas menengah ke bawah. Bahkan rumah beratap kardus bekas pun didatangi.

Kue ini terbuat dengan bahan campuran  sagu aren, kelapa parut dan gula aren. Gula aren dikentalkan dan ditempatkan dalam panci sederhana. Semua itu ditempatkan dalam sebuah kotak dagangannya di bagian belakang.

Mengolah adonan kue. Foto | Dokpri

Sementara kotak bagian depan ditempatkan cetakan kue dan tungku mungil yang siap dengan kayu bakar ukuran kecil. Dua kotak itu dihubungkan dengan pikulan terbuat dari bambu lentur.  Lantas Ace, warga Parung Panjang Bogor itu, memikulnya berkeliling ke kawasan pemukiman, melintasi jalan raya dalam suasana bising.

Sesekali bapak satu anak ini melempar senyum kepada orang yang menyapanya. Ia memang sudah mengenali orang penggemar kue rangi ini, yang kadang menghentikan langkahnya di tepi jalan minta dibuatkan kue. Ia, meski di ruang sempit, melayaninya. Warga kebanyakan lebih senang mengonsumsi kue ini dalam keadaan hangat.

Kue rangi disajikan dengan olesan gula merah yang dikentalkan dengan sedikit tepung kanji. Agar merangsang hidung dan menarik selera, gula cair kental dapat dicampuri dengan potongan nangka, daun pandang, nanas atau durian. Kue rangi rasanya gurih dan beraroma wangi karena dimasak dengan cara dipanggang menggunakan bahan bakar kayu kecil.

Masukan adonan kue ke dalam cetakan. Foto | Dokpri

Tatkala dimasak memang tak terlihat api membasar. Sebab, kue ini dimasak dengan cukup dipanaskan beberapa saat dengan kayu bakar kecil-kecil.

Cetakan kue rangi mirip dengan cetakan kue pancong atau bandros tetapi ukurannya lebih kecil. Beberapa pedagang kecil membuat kue rangi tanpa menggunakan cetakan kue. Hanya dikecilkan dan ditipiskan ukurannya.

Ace membenarkan bahwa bahan utama untuk membuat kue rangi itu berupa kelapa tua. Kalau mau enak menggunakan kepala tua. Tepung kanji atau tapioka memang bagus. Tapi lebih bagus lagi tepung aren, serta sedikit garam dan air. Adonan bahan kue ini tidak dapat bertahan lama. Mudah basi. Karena itu, harus dihabiskan dalam waktu satu hari.

Kue jenis ini sejak puluhan tahun diklaim sebagai makanan khas orang Betawi. Tapi sayang minatnya sekarang menurun. Meski begitu, Aceh meyakini dagangannya bakal bertahan karena di lingkungan sekolah dan pemukiman padat masih banyak yang menyukai.

Rangi ditaburi gula aren. Foto | Dokpri

"Anak sekolahan, kalau lagi bubaran, banyak minta dibuatkan kue ini. Gurih rasanya, pak," Ace menceritakan pengalamannya berdagang kue Rangi.

Entah kapan kue ini populer dan kemudian redup, dilupakan orang Betawi. Tetapi, dalam sehari, ia mengaku bisa meraup untung Rp100 ribu per hari. Itu penghasilan bersih setelah dipotong beli bahan makanan dan bayar uang sewa pondokan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline