Resnawati, usianya baru beranjak sekitar empat tahun. Sudah pasti tak bisa berhitung. Tapi tantennya, Susilowati, selalu saja mengajari. Seolah memaksa gadis mungil itu untuk menjadi orang pandai. Setidaknya untuk menghitung hari, berapa jumlah hari yang sudah dilalui, berapa minggu dan bulan.
Sudah hampir tiga pekan Resna ditinggal kedua orang tuanya karena menunaikan ibadah haji. Pada musim Haji2018 ini, ayah dan ibu itu berangkat pada 10 Agustus 2018 silam. Lantaran kedua orang tuanya, - yakin Restu dan Ernawaty pergi haji maka Resna dititipkan di kediaman eyang puterinya, perumahan Susilo Indah, kawasan Grogol, Jakarta Barat.
Maka, jadilah Resna sebagai gadis mungil yang mendapat perhatian lebih dari seluruh anggota keluarga itu. Ia pun mendapat perlakuan istimewa dari om dan tantenya di kediaman itu. Apa lagi tak ada anak kecil, maka kehadirannya menjadi suatu hadiah hiburan istimewa bagi anggota selama orang tuanya di Tanah Suci.
"Kok, tante, ayah sekarang botak. Jelek. Kan ayah (sesungguhnya) ganteng," suatu hari bocah kecil ini melontarkan komentar setelah menyaksikan foto kedua orang tuanya melalui WA milik tantenya.
Celoteh bocah kecil itu tentu saja mengundang tawa seluruh anggota keluarga yang mendengarnya. Pernyataan polos seorang gadis mungil dan lucu itu kemudian menjadi bahan pembicaraan anggota keluarga.
"Resna memang terlihat makin cerdas. Bicaranya pun lepas. Blak-blakan," ungkap tantenya yang lain.
Resna tidak saja mengomentari foto dan pembicaraan orang tua kepada eyang dan tantenya di kediaman itu. Sebagai anak, dengan nalurinya, ia pun menanyakan kapan orang tuanya kembali ke Tanah Air.
Nah, dari sinilah tante Susi mengingatkan bocah mungil ini bahwa hari yang dilalui saat itu baru sekitar 20 hari. Janjinya, seperti disampaikan kedua orang tuanya, adalah 42 hari.
"Sekarang baru berapa hari. Baru dua puluh hari, kan?" Susi mengingatkan.
Resna cuma bisa menggut-manggut. Esok hari, pernyataan itu diulang. Kadang ia tak bertanya. Tetapi ketika menyaksikan tayangan di layar kaca tentang pelaksanaan ritual ibadah haji, ia kembali melontarkan pertanyaan serupa kepada tante dan eyangnya. Eyangnya, yang biasa duduk di kursi goyang menyaksikan cicitnya itu, hanya bisa melempar senyum. Kadang mengajak bicara, tetapi sang cicit lebih banyak bicara, cerewet.
**