Lihat ke Halaman Asli

Edy Supriatna Syafei

TERVERIFIKASI

Penulis

Spirit Haji dan Kemerdekaan RI

Diperbarui: 18 Agustus 2018   18:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi, kondisi Majidil Haram pada musim haji dewasa ini/ANTARA FOTO

Anak zaman now mungkin heran dan bertanya dengan judul di atas. Apa hubungannya spirit ibadah haji dan Kemerdekaan RI? Apakah lantaran hari Kemerdekaan RI ke-73 pada 2018 ini bertepatan dengan menjelang puncaknya ritual haji 1439 H?

Ya, memang, benar. Ibadah haji memiliki hubungan erat dengan Kemerdekaan RI. Sepintas, realitas hubungan itu tidak terlalu nampak. Padahal, dari dahulu hingga kini orang-orang yang berhaji telah memberi kontribusi besar bagi pendidikan akhlak di negeri ini. Termasuk membangun jiwa patriotik dalam memerdekakan negeri ini.

Mengapa?

Dulu, pada zaman penjajahan Belanda, banyak warga dari Tanah Air dicegah untuk menunaikan ibadah haji. Bahkan pemerintah kolonial membuat berbagai aturan meski pada akhirnya dibolehkan juga dengan syarat dan pengawasan ketat.

Dulu, pada zaman kolonial juga, hanya orang-orang yang telah berhaji sajalah yang dibolehkan mengenakan songkok putih. Bila hal itu dilanggar, maka konskuensinya bisa dipanggil dan ditanyai oleh para antek penjajah.

Dulu, ketika itu, orang Indonesia yang hendak menunaikan ibadah haji mendapat tekanan demikian berat. Pasalnya, bagi penjajah, selalu saja orang yang sudah menunaikan ibadah itu - sepulangnya ke Tanah Air - memiliki jiwa patriot tinggi. Mereka lebih berani menghadapi tentara Belanda disamping juga memiliki kemauan untuk bersatu memerdekakan negeri ini dari penjajah.

Jadi, orang-orang yang baru pulang ibadah haji pasti diawasi karena menjadi ancaman bagi kolonial. Realitas itu sungguh terjadi.

**

Bila kita cermati praktek ritual haji, seperti yang dilakukan sekarang ini, memang ada beberapa hal yang menguatkan seseorang mengapa setelah pulang ibadah haji dapat berubah. Lalu mereka demikian heroik saat itu.

Alasannya, pertama, ketika seseorang telah memasang niat ibadah haji dan menginjakan kaki di Mekkah dan Madinah, maka di dalam diri yang bersangkutan tertanam keyakinan bahwa mereka telah mempertaruhkan hidupnya dalam beribadah. Apakah akan mati atau tidak. Di sini, ia telah berpasrah kepada Allah semata.

Proses penyerahan diri kepada Allah itu jadi pembelajaran sehingga makin menguatkan keyakinan dan tercermin dalam perbuatan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline