Lihat ke Halaman Asli

Edy Supriatna Syafei

TERVERIFIKASI

Penulis

Omah Photo Jogja Angkat Peradaban Jawa

Diperbarui: 24 Juli 2018   17:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Heboh, ketika para ibu FH'20 Usakti ini ditata berfoto. Foto | Dokpri

Ini kreatif anak bangsa yang patut diacungi jempol. Sebuah rumah foto, dikenal sebagai omah photo, - warga setempat menyebutnya Omah Sinten - di tengah kota Yogyakarta, lokasinya tidak jauh dari Bandara Adi Sucipto,  hadir dan mengundang animo besar bagi turis domistik dan mancanegara. Kultur Jawa sangat kuat melekat di sini.

Setidaknya, bagi warga Yogyakarta haruslah gembira bila menyaksikan rumah foto tersebut. Mengapa? Di sini istimewanya.

Jika Presiden kita, Joko Widodo (Jokwi) dan Jusuf Kalla (JK) pernah hadir di gedung parlemen Senanyan mengenakan pakaian adat Makassar dan Jawa, maka di rumah foto tersebut siapa pun dia bisa merasakan bagaimana indahnya diri ini ketika mengenakan pakaian adat Jawa.

Tampilan peradaban Jawa dengan catur. Foto | Dokrpi

Hehehe wanita jawa (sepuan) tengah berpose. Foto | Dokpri

Disini tidak sekedar memperkenalkan pakaian adat Jawa - khususnya Yogayakrta - saja, tetapi juga pernik-pernik kelengkapan budaya Jawa. Misalnya, lesung, patromak, sepeda kuno dan lampu-lampu perhias, termasuk peralatan dapur hadir di sini.

Istimewanya, properti peralatan rumah tangga, baju keseharian warga Yogyakarta dapat disewa yang kemudian bagi para turis dapat memanfaatkannya dengan berfoto di tempat tersebut.

Berfoto bukan sekedar mejeng. Di sini ada penata fotonya. Sebutlah ia bekerja seperti sutradara yang membuat skenario seolah-olah kita dalam suasana asli Jawa 'banget' ketika dipotret di rumah foto tersebut.

Wanita Jawa berpose di mesin jahit kuno. foto | Dokpri

Belajar jadi sinden ya? Foto | Dokpri

Penulis sangat gembira dapat hadir di rumah foto tersebut dan tentu memanfaatkan saat momentum tour FH'20 Usakti ke lokasi tersebut.

Kami terlambat sekitar satu jem ke rumah foto, kata pemandu wisata, Deni, yang setia menemani sejak kedatangan hingga berakhirnya tour.  Pimpinan rumah foto sempat marah karena terlambat, karena banyaknya animo yang berkunjung ke tempat tersebut.

Tapi, karena yang datang rombongan dan mungkin punya potensi 'ngamuk' di lokasi, akhirnya kedatangan kami dapat diterima dan dilayani petugas rumah foto tersebut. Mereka di dalam ruang khusus memberikan baju ala Jawa bergaris-garis. Termasuk memasangi blangkon dan perhiasan pendukung lainnya.

Peralatan modern, seperti jam tangan, kaca mata gaya, cincin hingga smartphone tak bola dikenakan. Pasalnya, kala difoto terlihat harus benar-benar kita hadir seperti di zaman kendaraan kuda gigit besi. Kita tampil dalam pakaian tradisional dan hidup pada zaman itu. Wuih, keren. Lihat isteri yang mengenakan pakaian adat Jawa seperti nenek yang sudah punya cucu. Eh, emang benar sih sudah punya cucu.

Kesan itu makin kuat kala para anggota FH'20 Usakti, khususnya yang pria, termasuk anggota dewan yang ikut bersama, ketika tampil difoto tengah bermain catur. Hehehe zaman dulu sudah ada permainan catur loh. Peradaban Jawa memang jauh pesat lebih maju kala masih zaman Kerajaan Mataram.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline