Lihat ke Halaman Asli

Edy Supriatna Syafei

TERVERIFIKASI

Penulis

Jokowi Sudah Latihan di Atas Ring, Kandidat Lain Masih Malu?

Diperbarui: 15 Maret 2018   23:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) di gedung parlemen. Foto | Tirto.co.id

Hanya Joko Widodo yang terlihat paling siap untuk menjabat sebagai presiden untuk periode kedua. Selain karena posisinya sebagai petahana dan populer sebagai presiden blusukan, tampil sederhana dan dekat dengan warga, ternyata juga lebih prima dari sisi fisik.

Sekarang Pak Jokowi, sapaan akrab Presiden Joko Widodo, sudah siap bertarung di pentas Pilpres. Ia berlatih di atas ring tinju, latihan memanah dan olahraga lain untuk menjaga stamina. Pilpres bagi Jokowi bakal menguras energi: waktu, tenaga dan sumber daya manusia yang dapat dipastikan dapat mendukungnya.

Dan di tengah kesiapannya itu, ia pun kini di hadapkan dengan gunjang-ganjing partai politik (parpol) mewacanakan para kandidatnya sebagai wakil presiden (wapres). Sayang, tidak satu pun calon-calon yang dimunculkan itu memiliki kedekatan dengan masyarakat lapisan bawah. Boleh jadi, namanya juga calon yang diwacanakan, nama-nama yang dimunculkan lebih terkesan sebagai pemancing untuk melihat respon publik.

Kalaupun ada calon yang digadang-gadang untuk mendampingi Jokowi, popularitasnya masih tergolong papan tengah. Meski begitu, nama-nama yang dimunculkan telah menjadi perhatiannya. Diperhatikan iya, tetapi untuk memilih belum tentu meski "desakan" datangnya terasa keras di dada.

Parpol pada tahun politik ini lebih tertarik mengangkat isu calon wakil presiden. Bukan mendorong kadernya sebagai calon presiden. Ini bisa dipahami lantaran untuk menandingi popularitas Jokowi sangat sulit, selain juga tingginya angka hasil survei sang petahana itu. Pimpinan parpol lebih mengincar posisi wakil presiden dan menyorongkan diri, dengan menyebut, "saya lebih bagus daripada si dia".

Kalkulasi pengamat politik, jabatan wakil presiden pada tahun mendatang sangat strategis bagi pucuk pimpinan negeri ini ke depan.  Jadi, siapa pun yang menjadi wakil presiden dan berpasangan dengan Jokowi akan ikut menentukan siapa presiden periode berikutnya. Harapannya, kalau beruntung, wakil presiden akan menjabat sebagai presiden setelah Jokowi. Konstitusi membatasi presiden hanya menjabat dua periode.

Itulah sebabnya, sampai sekarang, banyak pihak 'malu-malu' atau belum berani secara terbuka mendeklarasikan diri sebagai penantang Jokowi untuk periode 2019 -- 2024. Kalaupun ada, seperti Rizal Ramli, yang menyatakan diri siap menjadi presiden, tetapi tidak mendapat respon publik yang menggembirakan.

Sementara itu, rival lama Jokowi, yaitu Prabowo Subianto, tidak buru-buru mendeklarasikan diri untuk maju sebagai presiden. Prabowo masih "melihat pasar" dan kesiapan tim inti dari partainya Gerindra untuk mendukung dirinya menjadi penantang Jokowi kembali.

Di internal partai Gerindra sendiri, kini makin menguat tuntutan agar Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto bersedia mencalonkan diri sebagai calon presiden atau cawapres pada 2019. 

**

Mencermati keriuhan politik dengan ragam berita yang mencuat, kadang membuat jidat mengernyit. Kadang terbawa emosi, geregetan terhadap elite yang berceloteh lantaran tidak sejalan dengan suara rakyat. Sebut saja, Jokowi menolak untuk menandatangani Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2017 tentang MPR, DPR, DPRD dan DPD (MD3). Presiden sadar betul bahwa UU MD3 tetap akan berlaku pada Kamis, 15 Maret 2018, setelah disahkan oleh DPR pada Februari 2018 silam.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline