Lihat ke Halaman Asli

Edy Supriatna Syafei

TERVERIFIKASI

Penulis

Ketika Kemenag Bantu Penyelenggaraan Asian Games

Diperbarui: 18 Februari 2018   16:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu vihara di Pulau Kemaro, Palembang, bakal menyedot wisatawan saat Asian Games nanti. Foto | cindymaharati

Nah, ini berita aneh.

Kementerian Agama (Kemenag) membantu Asian Games. Penulis jadi bertanya-tanya, jangan-jangan kementerian yang banyak mengurusi soal kerukunan antarumat, pernikahan, dan keberangkatan haji dan umrah ini ditugasi untuk mengatur keberangkatan dan pemulangan para atlet dari berbagai negara peserta pesta olahraga se-Asia ini.

"Ah, nggak mungkin lah!" kataku kepada seorang rekan melalui telepon.

Itu artinya menyalahi tugas dan pokok dari Kemenag. Atau kementerian itu sudah kehabisan kerjaan sehingga harus melakukan ekpansi kepada urusan-urusan lain. Kementerian itu sepertinya tengah meluaskan bidang tugas kerjanya. Padahal, kini publik pun tahu, kementerian ini tengah mendapat sorotan masyarakat lantaran ingin mengatur zakat melalui undang-undang.

Nah, urusan pengaturan zakat bagi Aparatur Negeri Sipil (ANS) atau pegawai negeri sipil saja belum rampung. Kini, mau ikut-ikutan berkontribusi dalam pelaksanaan Asian Games.

Mudhofir ketika berada di salah satu sekolah etnis Tionghoa, Bangka. Foto | Dokpri

Kalau bicara kemungkinan, sebenarnya bisa terjadi. Mengapa?

Ya, negara berhak mengatur warganya agar lebih tertib. Negara punya kewenangan mengambil tugas pelayanan umum agar warganya merasa terlayani. Negara hadir di tengah warganya. Jadi, jangan cepat-cepat curiga kalau negara ikut campur lantas ada golongan merasa takut "kehilangan proyek".

"Cara berpikir begitu sempit, bro!" kataku.

Coba lihat suksesnya kementerian yang satu ini dalam mengurus penyelenggaraan haji. Anggota jemaahnya saja yang diberangkatkan hampir mencapai 221 ribu jiwa. Diberangkatkan dalam satu periode, sekitar 42 hari.

Anggota jemaahnya terdiri dari berbagai golongan: dari berbagai daerah yang tidak semuanya mampu berbahasa Indonesia (apa lagi asing), tingkat pendidikan beragam dari mulai profesor hingga tingkat SD hingga tak sekolah, usia tua (lansia) hingga gadis belia dan perjaka tingting ada di sini. Dari yang sehat bugar hingga loyo karena punya penyakit beresiko tinggi, pun ada.

Bandingkan dengan tentara yang berangkat ke medan tempur. Pendidikan hampir sama, punya kemampuan merata, dalam hal bertempur, disiplin tinggi dengan garis komando. Dan, jumlah anggotanya yang diberangkatkan pun tergolong mudah diatur. Badan sehat semua.

Berbeda dengan anggota jemaah haji tadi yang tengah diberangkatkan. Weleh... banyak persoalan ternyata di dalamnya. Ada anggota jemaah buta huruf, tidak bisa baca dokumennya sendiri sudah sering terjadi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline