Bahasa gaul lebih banyak terlontar di tengah kerumunan perempuan-perempuan cantik. Suara kata-kata 'lu' dan 'gue' sering tertangkap telinga. Kadang mereka itu terlihat rada genit. Satu sama lain tak henti-hentinya saling tepuk bahu. Suara tawanya pun makin ramai, saling berebut ingin mengungkapkan rasa gembira di hadapan lawan bicaranya.
Mereka juga semakin tak merasa malu dengan sesamanya. Bahkan semakin asyik bersama kelompoknya dengan sebenar-sebentar minta secara berkelompok untuk swafoto. Di tempat makan, di restoran, museum, tepi Sungai Mahakam bahkan di dalam masjid pun mereka secara berkelompok minta diabadikan seluruh rangkaian kegiatannya.
Memang tidak ada selebritis di situ, tapi penampilan mereka semua sudah mengarah ke sana. Wajah-wajah perempuan cantik ini bisa jadi dikira masih berusia muda. Tapi, ternyata, ada di antara mereka sudah punya cucu. Soal tampilan, memang "wow". Mereka perlu diberi apresiasi karena pandai merawat tubuh. Dengan tubuh sehat, hidup tambah bermanfaat bagi orang banyak.
Namun jangan cepat-cepat memberi penilaian 'miring' terhadap para cewek cantik ini, karena mereka semua adalah kumpulan orang-orang yang memiliki kepedulian sosial. Mereka ini tergabung dalam kelompok pengajian As-Salam Fakultas Hukum Universitas Trisakti Angkatan 20.
Kumpulan perempuan cantik ini, maaf, di dalamnya juga ada cowok berusia lanjut dan masih ganteng ikut ambil bagian. Tak ada "sekat" dalam pergaulan mereka. Strata sosial: kaya, miskin, pengusaha, birokrat, dosen hingga pengacara sekalipun merasa dirinya setara. Namun etika tetap terjaga, tentunya.
Ada di antara mereka menggunakan bahasa formal. Gaya bahasa kantoran banget karena sudah terbiasa bicara memimpin anak buah di lingkungan kerjanya. Akhirnya, meski terlihat rada kaku, bisa juga menyesuaikan diri.
Satu-sama lain merasa sederajat. Egaliter. Itulah gambaran kelompok pengajian Fakultas Hukum Universitas Trisakti Angkatan 20. Suasana akrab dan gembira. Perilaku mereka tidak berubah. Mereka tampak seperti sama seperti ketika masih menjadi mahasiswi 'tempo doeloe'.
Kelompok pengajian Fakultas Hukum Universitas Trisakti Angkatan 20 ini memang tak punya kantor sekretariat, tetapi "gawenya" spontan dan lebih nyata. Ketika ada bencana alam di berbagai tempat, mereka mengumpulkan dana untuk secepatnya mengirim utusan ke lokasi warga yang mengalami kesulitan. Menjelang Ramadhan, diam-diam mereka pergi ke kawasan Bantar Gebang. Ya, juga memberi bantuan.
Dan, pada akhir pekan lalu (18-20/2017) personel dari kumpulan pengajian ini beramai-ramai ke Balikpapan. Mereka sepakat menyebutnya sebagai wisata religi. Wisata itu bernuansa keagamaan bukan 'hura-hura', tapi tentu ada sesuatu yang ingin dipetik dari kegiatan itu.
Syekh Salim, sebagai sohibul bait yang juga ketua ukuwah Islam As-Salam FH Trisakti ini terlihat paling sibuk menjamu rekan-rekannya. Ia nampak ingin membagi rata kebahagiaan kepada seluruh rekannya dengan memboyong ke restoran sederhana hingga memotong kambing di kediamannya.
Ternyata, dan ini yang paling menarik, kumpulan pengajian ini bermaksud mengaktualisasikan pesan-pesan Idul Adha. Seolah sambil menyelam minum air, upaya berkumpul rutin dalam tiga atau empat bulan sekali sekaligus dijadikan momentum untuk menggaungkan dan mengingatkan kembali tentang pentingnya pesan Idul Adha yang diajarkan Nabi Muhammad SAW. Alasannya, puncak penyelenggaraan ibadah haji 2017 dan Idul Adha sudah diambang pintu.