Kartini Menangis Bukan Minta Kawin
Usai shalat Subuh, Kartini menangis lantaran ingat wanita pejuang.
Riwayat wanita pejuang selalu didengar tatkala Kartini mendapat tuntunan untuk panutan.
Panutan sebagai tuntunan hidup harus nyatu dengan jiwanya, sebagai semangat hidup dan untuk menghidupkan akhlak mulia bagi wanita pejuang.
Wanita pejuang bernama Kartini tak pernah mati. Nyala api di Bumi Nusantara adalah ruh Kartini sebagai semangat hingga nanti.
Ruh Kartini kini menjadi panutan, tak padam karena kepalsuan berselimut kemajuan.
Para ustadzah pun menyalakan semangat Kartini. Dan, dari Rembang kota nan indah itu kini negeri ini bertabur bunga aneka warna indah.
Kartini masih menangis di pagi hari meski ustadzah telah menyampaikan kalam Ilahi.
Bukan lantaran bayi kurang gizi, bukan karena tidak memperoleh beras miskin, bukan karena bunda sakit tak dapat pelayanan pengobatan....
Kartini menangis karena para penghotbah menebar kepalsuan.
Kartini makin kuat menangis, tidak bermaksud menandingi gadis manis menangis minta kawin.