Lihat ke Halaman Asli

Edy Supriatna Syafei

TERVERIFIKASI

Penulis

Dampak Kunjungan Raja Salman, "Kue" Wisatawan Timur Tengah Dinanti

Diperbarui: 13 April 2017   17:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dubes Yunani untuk Indonesia, George Dogoritis dan pengurus Asphurindo menggunting pita sebagai peresmian kantor sekretaria baru di Jakarta. (Dokpri)

Dampak Kunjungan Raja Salman, “Kue” Wisatawan Timur Tengah Dinanti

Benarkah kunjungan kehormatan Raja Salman dari Kerajaan Arab Saudi memberikan dampak bagi periwisata di Tanah Air? Jawabannya, ya. Setidaknya bagi sejumlah hotel di Pulau Dewata, Bali, yang menjadi tempat kehormatan berlibur bagi rombongan dari kerajaan itu pada 9-12 Maret 2017.

Sebelumnya, Raja Salam dengan rombongan besarnya melakukan kunjungan kehormatan di Bogor dan Jakarta 1-9 Maret 2017 dan mendapat sambutan hangat dari Presiden Joko Widodo dan seluruh rakyat Indonesia.

Kehadiran Raja Salman di Tanah Air telah menarik perhatian sejumlah negara di Timur Tengah. Hal itu terungkap dari pernyataan Ketua Umum Asphurindo Magnatis Cahidir.

Asosiasi Pelaksana Haji, Umroh dan In-Bound Indonesia (Asphurindo) adalah institusi yang mengonsentrasikan diri pada kegiatan haji, umrah dan inbound. Disamping itu juga menyelenggarakan kegiatan kemitraan dengan memperluas jaringan kerja sama saling menguntungkan anggota.

Ketua Umum Asphurindo, Magnatis Chaidir memberi sambutan pada peresmian kantor sekretariat asosiasi itu. (Dokpri)

George Dogoritis tengah berbincang dengan pengurus Asphurindo (Dokpri)

Termasuk, tak kalah penting, menyelenggarakan kegiatan biro perjalanan wisata (religi) dengan tujuan mendatangkan para turis dari sejumlah negara Arab dan negara lainnya sesuai dengan izin biro perjalanan wisata yang dimiliki.

Organisasi yang didirikan pada 16 Februari 2011 ini melihat, Indonesia telah memberikan devisa bagi Arab Saudi melalui ibadah haji dan umrah, sementara devisa dari rakyat Arab sangat sedikit. Tentu saja terjadi jurang pemisah (gap) dalam pendapatan atau income dari devisa.

Nah, Asphurindo melihat potensi pariwisata di negeri ini demikian besar. Mengapa hal ini tidak dipasarkan ke Timur Tengah, ungkap Magnatis.

Magnatis mengaku, asosiasi ini memiliki dua izin, yaitu dari Kementerian Kebudayaan, dan Pariwisata dan Kementerian Agama. Kini tengah mempersiapkan terselenggaranya Islamic Tour di wilayah Nusantara dan pembentukan Indonesian Tourist Center di Dubai dan Jakarta.

Diyakini jika pengelolaan dilakukan secara profesional, maka jumlah wisatawan Timur Tengah yang selama ini hanya rata-rata 50 ribu orang per tahun dan bersifat tradisional, akan meningkat signifikan. Mereka diharapkan dapat membeli paket wisata yang dikelola profesional. Ini akan memberikan devisa bagi Indonesia serta membuka lapangan kerja bagi rakyat.

Pembacaan ayat Alquran saat acara peresmian kantor sekretariat Asphurindo (Dokpri)

Acara peresmian kantor Asphurindo dimeriahkan artis Muslimah (Dokpri)

Ditargetkan 10 ribu wisatwaan dari sejumlah negara Timur Tengah pada 2017 akan datang ke Tanah Air. Karena itu, persiapan harus dilakukan sesegera mungkin.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline