Lihat ke Halaman Asli

Edy Suhardono

Psychologist, Assessor, Researcher

Pemelintiran "Liburan" Menjadi "Pembelajaran"

Diperbarui: 30 Januari 2025   12:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kebingungan antara Liburan dan Pembelajaran (Sumber: Freepik/Koleksi Edy Suhardono)

Dalam dunia pendidikan, istilah memiliki kekuatan yang signifikan. Ketika Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengumumkan bahwa selama bulan Ramadan tidak ada libur, tetapi menggunakan istilah "pembelajaran" sebagai pengganti "liburan", hal ini menimbulkan banyak perdebatan.

Mengapa perubahan istilah ini bisa dianggap sebagai sebuah pemelintiran realitas? Melalui artikel pendek ini saya mengulasnya.

Makna Liburan dalam Perspektif Pendidikan

Liburan umumnya dipahami sebagai waktu untuk istirahat dari rutinitas sehari-hari, memberikan kesempatan bagi siswa dan pendidik untuk beristirahat dan menyegarkan pikiran. Misalnya, setelah menjalani semester yang penuh dengan ujian dan tugas, siswa dan guru bisa menggunakan liburan untuk bersantai, berlibur bersama keluarga, atau mengejar hobi yang tertunda. 

Ini adalah saat yang penting untuk pemulihan fisik dan mental, yang akan membantu mereka kembali ke aktivitas belajar dengan energi yang baru.

Paul Ricur dalam bukunya "The Rule of Metaphor" (Ricur, 2003) berargumen bahwa penamaan tidak mengubah hakikat dari sesuatu. Artinya, meskipun kita menyebut waktu istirahat dengan istilah lain seperti "pembelajaran," kebutuhan tubuh dan pikiran untuk beristirahat tetap tidak berubah. 

Meskipun seorang guru mengganti istilah "liburan" dengan "pembelajaran mandiri," kebutuhan siswa untuk rehat dan menghilangkan stres tetaplah relevan. Penamaan yang berbeda tidak akan menghilangkan kebutuhan alami manusia akan istirahat.

Mengubah istilah tanpa mempertimbangkan substansi sebenarnya menunjukkan tantangan dalam memahami makna asli dari sebuah konsep (Ricur, 2003). 

Ketika istilah "liburan" diganti dengan "pembelajaran" tanpa adanya perubahan nyata dalam manfaat yang diberikan, hal ini hanya menambah kebingungan.

Jika pemerintah menyatakan tidak ada libur tetapi tetap memberikan tugas selama Ramadan, siswa dan guru masih akan merasakan bahwa kebutuhan mereka untuk beristirahat tidak terpenuhi. Akibatnya, ini dapat mempengaruhi kesehatan mental dan fisik mereka secara negatif.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline