Lihat ke Halaman Asli

Edy Siswanto

Doktor Bidang Manajemen Kependidikan dan Ketua Umum Perkumpulan Pendidik Vokasi Indonesia-Ikatan Guru Vokasi Indonesia Maju (PPVI-IGVIM)

Menyoal Link and Match dan Pentingnya Organisasi Profesi (Orprof) Guru Vokasi

Diperbarui: 7 April 2023   12:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. pribadi

Menyoal Link and Match SMK, dan Pentingnya Organisasi Profesi Guru (Orprof) Vokasi 

Oleh : Edy Siswanto

Ketua Umum Perkumpulan Pendidik Vokasi Indonesia-Ikatan Guru Vokasi Indonesia Maju (PPVI-IGVIM) dan Candidat Doktor Manajemen Pendidikan Vokasi Universitas Negeri Semarang

BPS menyatakan, lulusan SMK penyumbang pengangguran terbesar di Indonesia?

Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), angkatan kerja lulusan SMK mencatatkan tingkat pengangguran terbuka (TPT) paling tinggi. TPT yang berasal dari lulusan SMK kian meningkat periode 2017-2022. Pada Agustus 2017, TPT lulusan SMK sebanyak 1,62 juta orang. Lalu, naik menjadi 1,75 juta orang pada Agustus 2018. Kemudian, pada Agustus 2019 TPT SMK mencapai 1,73 juta orang, dan Agustus 2020 menjadi 2,32 juta orang. Agustus 2021, jumlahnya di kisaran 2,11 juta orang. Pada Agustus 2022 sebesar 5,86% atau naik menjadi 8,42 juta orang. Ternyata paling banyak adalah lulusan SMK.

Berdasarkan data BPS yang dikutip CNBC Indonesia, Senin (7/11/2022), TPT lulusan SMK mencapai 9,42%. Dibandingkan dua tahun terakhir, terlihat ada penurunan, di mana 2021 sebesar 13,55% dan 2022 sebesar 11,13%. Berdasar data Badan Pusat Statistik (BPS), hingga Agustus 2018 sebanyak 7 juta orang menganggur. Dari jumlah tersebut, lulusan SMK mendominasi, yakni sebesar 11,24%, sedangkan lulusan SMA 7,95%.

Kondisi ini dianggap ironi dan menyedihkan karena mestinya lulusan SMK lebih terserap di lapangan pekerjaan formal karena secara teoritis mereka telah dibekali keterampilan. "Tantangan utama bagi tenaga kerja Indonesia adalah ketidaksesuaian sistem pendidikan dengan kebutuhan industri. Untuk itu program Link and match sangat membantu sehingga lulusan SMK bisa bekerja sesuai dengan yang dibutuhkan industri,"

Sedangkan untuk lulusan SMA, pada Agustus 2017 tercatat sebanyak 1,91 juta juta menganggur. Lalu pada 2018 jumlahnya naik jadi 1,94 juta orang dan pada Agustus 2019 menjadi 2 juta orang. Jumlah TPT lulusan SMA kembali melonjak pada Agustus 2020 sebanyak 2,66 juta orang, meski turun tipis pada Agustus 2021 jadi sebanyak 2,47 juta orang pengangguran.

Kenapa sering disebut SMK penyumbang pengangguran, bukan hanya kurangnya skill, namun jumlah lulusan SMK memang lebih banyak dari SMA, masa tunggu saat kelulusan, usia siswa kurang dari 18 tahun, adanya tempat kerja model outsourching atau model training dulu selama dua tahun. Disamping saat kondisi pandemi covid-19, jumlah pengangguran terus bertambah karena semakin sempitnya kesempatan kerja.

Persoalan ini menjadi tantangan bagi SMK. Karena faktanya hasil tracer study lulusan SMK banyak terserap dunia kerja, perkara pekerjaannya sudah sesuai atau belum dengan kompetensinya itu perkara lain. Persoalan ini adalah bagaimana bisa mengatasinya, karena banyak faktor mempengaruhinya.

Bagaimana sebetulnya situasi di SMK hari ini? Bagaimana konsep link and match antara SMK dan IDUKA berjalan?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline