Siang itu aku berangkat menuju ke sebuah Plaza di pusat kota Jakarta untuk service notebook ku yang sudah tertunda-tunda sekitar 2 mingguan. Perjalanan kumulai dari Terminal Pondok Labu menuju ke Blok M kemudian disambung dengan busway menuju plaza tersebut.
Di halte busway Blok M siang itu seperti biasa cukup panas dan ramai oleh penumpang yang mengantri dan menunggu datangnya bus transjakarta (biasa kita sebut busway la..). Kucoba melihat sekeliling, dan melihat orang-orang disini sibuk dengan lamunannya sendiri sembari menunggu datangnya bus. Sama dengan yang lainnya, aku pun mulai menyibukkan diri dengan lamunan dan rencana yang akan kulakukan hari ini, sampai akhirnya perhatianku teralihkan oleh perbincangan dua orang beda usia yang berdiri tidak jauh dari tempatku berdiri.
“I want to Kalideres, where should I turn ? “
tanya seorang perempuan tua pada pemuda yang berpenampilan rapi dan tampaknya berpendidikan. Wanita tua itu tampak kurus dan lusuh dengan sandal jepit melekat pada kakinya dan sebuah dompet warna cokelat di genggaman tangan kanannya. Sepintas terlihat dia mungkin baru datang dari kampung, mungkin untuk mengujungi keluarganya.
“ From here, you transit at Harmoni station and take the busway to Kalideres”
jawab pemuda itu dengan rasa heran yang tak bisa disembunyikan tergambar di wajahnya yang berkulit putih sembari memegang kacamata yang dipakainya.
Bukan hanya dia, aku yang mendengar pun heran, bagaimana seorang nenek yang “maaf” penampilannya sangat terlihat “kampungan” , bertanya dengan bahasa Inggris yang menurutku sangat “fasih”, lancar dan tidak terkesan grogi.
“Transit at Harmony and then to Kalideres..??!” Ujar si nenek coba meyakinkan pernyataan pemuda tadi.
“Yah…”, ujarnya singkat.
“There is no other choice except transit in Harmony..?” Tanya si nenek kembali pada pemuda itu, yang sepertinya masih penasaran dan ingin tau lebih banyak atau karena tertarik pada pemuda itu...?!
“No, you must transit before to Kalideres…”
jawab si pemuda muda itu untuk coba meyakinkan kembali.
Di tengah perbincangan mereka itu, aku berpikir apakah si nenek benar-benar tidak tau sehingga bertanya, atau cuman sekedar ingin menunjukkan pada orang lain bahwa dia “pintar” berbicara bahasa Inggris..?!
“Are you college..?”
kembali si nenek bertanya pada pemuda tadi, yang tampaknya memulai topik baru untuk berbicara.
Sepintas aku lihat dia agak sedikit gugup menjawab pertanyaan itu, mungkin karena ia grogi untuk bicara dalam bahasa Inggris di tengah keramain orang di halte busway ini. Tidak mungkin juga dia menjawab dengan bahasa Indonesia...pikirku...!
“Yah..in University of Indonesia....UI...!” kudengar ia menjawab itu.
Wah…ini menarik..pikirku..., ternyata dia mahasiswa UI, dan kemampuan berbahasa Inggrisnya sedang diuji oleh seorang perempuan tua “kampungan”...aku jadi ingin tau kelanjutannya...
“Ooo..in Depok..?! UI in Depok..?!” si nenek bertanya kembali padanya.
“Yah..in Depok…” Ujarnya singkat.
Terjadi perbincangan singkat tentang UI di antara mereka, sampai aku mendengar pemuda itu berkata :
“ Can you speak Indonesia..???”
Tanya pemuda itu pada si nenek, mungkin karena tampaknya ia mulai gerah atau mungkin merasa “kalah” pada si nenek itu.