Lihat ke Halaman Asli

Dr Edy Purwo Saputro SE MSi

Dosen Program Pascasarjana dan Prodi Manajemen FEB Universitas Muhammadiyah Surakarta

Nilai Tukar dan Iklim Sospol

Diperbarui: 20 September 2023   08:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Hajatan 5 tahunan pesta demokrasi, baik pilpres dan pileg pada 2024 mendatang sangat berpengaruh terhadap iklim sospol sementara di sisi lain iklim sospol juga sangat rentan terhadap nilai tukar. Oleh karena itu, sangatlah beralasan jika semua pihak berkepentingan untuk menjaga iklim sospol sehingga diharapkan situasi tetap kondusif dan geliat bisnis terjaga dan pastinya nilai tukar tetap stabil. Meski demikian, diakui menjelang hajatan pesta demokrasi, pilpres dan pileg, tidak mudah untuk menjaga iklim sospol karena ada banyak kepentingan yang mendasarinya, baik kepentingan ekonomi -- politik maupun kepentingan politik -- ekonomi - bisnis.

Tidak bisa dipungkiri sinergi antara ekonomi -- politik dan politik -- ekonomi - bisnis itu benar adanya. Kemapanan dalam iklim politik pasti membutuhkan dukungan ekonomi - bisnis yang mapan dan terkendali. Kegaduhan dalam ekonomi -- bisnis pasti akan dapat mempengaruhi kekuatan politik. Jad, begitu juga sebaliknya bahwa politik yang mapan dan kondusif maka akan sangat berkepentingan untuk memberikan dukungan ke bisnis dan ekonomi untuk tumbuh dan berkembang. Jadi, geliat ekonomi bisnis tidak terlepas dari jaminan stabilitas iklim sospol. Oleh karena itu, momentum pesta demokrasi pada 2024 mendatang harus diantisipasi semua riak yang mungkin terjadi.

Kekuatan nilai tukar sejatinya dipengaruhi oleh banyak faktor, baik intern dan ekstern, juga faktor fiskal dan moneter, termasuk juga adanya kebijakan -- regulasi global. Selain itu, fluktuasi situasi yang terjadi secara tidak langsung juga sangat rentan terhadap laju nilai tukar. Oleh karena itu, tidak ada alasan untuk selalu mewaspadai semua realitas di dalam negeri dan luar negeri untuk mengontrol pergerakan nilai tukar. Terkait ini, maka data menunjukan nilai tukar rupiah cenderung melemah selama minggu ke-2 September 2023 yaitu dari Rp.15.219 menjadi Rp.15.330 per US$ sehingga melemah 0,72%. Jika dikalkulasi pada rentang setahun ternyata nilai tukar juga melemah dari Rp.14.842 atau melemah 3,28%, meski sampai minggu ke-2 September lebih baik dibanding awal 2023 yaitu Rp.15.573 per US$.

Fakta nilai tukar menjadi catatan menarik karena situasi menuju pesta demokrasi 2024 cenderung semakin memanas. Setidaknya, ini terlihat dari deklarasi duet Anies -- Cak Imin yang berdampak terhadap pecahnya koalisi pada akhir Agustus 2023 kemarin dan kemudian iklim sospol memanas, termasuk juga munculnya pernyataan pengkhianatan dibalik koalisi itu sendiri. Jadi, semua riak konflik menjelang pesta demokrasi, terutama pilpres pasti sangat rentan terhadap berbagai dampak sistemiknya terhadap geliat bisnis, termasuk juga imbasnya terhadap perekonomian. Bahkan, kegelisahan pedagang Pasar Tanah Abang yang sempat viral juga sangat rentan terhadap iklim sospol dan ekonomi bisnis sehingga beresiko mengoreksi nilai tukar. Jadi situasinya memang harus dipantau dan diwaspadai, terutama dampak sistemik yang muncul.

Fakta lain terkait kegelisahan di balik melonjaknya harga beras juga berpengaruh karena beras sangat sensitif terhadap kepentingan perut. Harga beras yang terus melonjak pasti akan memicu kerawanan iklim sospol dan pastinya hal ini sangat rentan mempengaruhi nilai tukar. Kepastian pasokan seperti yang disampaikan Bulog ternyata tidak selaras dengan fakta yang ada sehingga pemerintah perlu melakukan operasi pasar dan penyalurannya sehingga beras tersedia di pasar secara mudah dan murah. Artinya, iklim sospol menuju pesta demokrasi, terutama pilpres memang sangat rentan sehingga tidak perlu bermain-main dengan kebijakan yang tidak populis karena sangat rentan terhadap iklim sospol di akar rumput dan dampak sistemiknya bisa menjalar ke semua aspek, termasuk pastinya nilai tukar yang kemudian rentan terhadap geliat ekonomi -- bisnis secara menyeluruh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline