Lihat ke Halaman Asli

Film Indonesia Masih Belum Menjadi Tuan Rumah di Negeri Sendiri

Diperbarui: 26 Juni 2015   00:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Indonesia hingga saat ini masih miskin film produksi lokal padahal memiliki potensi besar untuk mengangkat perfilman nasional. Menurut Wakil Ketua Lembaga Sensor Film (LSF) Nunus Supardi, hari Senin 17 Oktober 2011, Indonesia banyak sekali memiliki sejarah, kekayaan alam dan adat budaya yang beragam untuk dapat diangkat menjadi cerita film. Namun sebagian besar pembuat film kita masih lebih suka meniru ide cerita dari film luar.

Tema lokal yang sangat minim diangkat dalam film yang diproduksi masyarakat membuat genre film yang ditawarkan ke konsumen sangat terbatas. Masyarakat penikmat film tidak punya banyak pilihan sehingga film Indonesia masih belum menjadi tuan rumah di negeri sendiri.

Film terakhir yang telah kita tonton yang bertemakan lokal dan berhasi menghipnotis penikmat film adalah LASKAR PELANGI yang disadur dari novel karya Andrea Hirata. Film tersebut membuktikan ide cerita lokal yang sederhana tapi menarik serta sarat pesan, ternyata mampu mendapat tempat di hati penikmat film di Tanah Air. LASKAR PELANGI adalah salah satu contoh nyata, bagaimana ide cerita lokal ternyata bisa diterima seluruh masyarakat Indonesia.

Pada tahun ini film Indonesia sudah mulai meningkat secara kuantitas dibanding tahun sebelumnya namun masih menurun secara kualitas. Hal itu terlihat dari tema yang diambil oleh para produser pada film-film yang sudah ditayangkan di bioskop.

Film-film Indonesia yang sudah ditayangkan dalam tahun 2011 lebih banyak dengan tema horror disamping ada juga yang bertemakan cinta. Film-film tersebut antara lain, KUNTILANAK KESURUPAN, SKANDAL, MISTERI HANTU SELULER, ANAKLUH, ARWAH GOYANG KERAWANG, CEWEK SAWERAN, DEDEMIT GUNUNG KIDUL, JENGLOT PANTAI SELATAN, KHALIFAH, KALUNG JELANGKUNG, CEWEK GOKIL, BAIK-BAIK SAYANG, kemudian ada lima film lanjutan alias sekuel dari film sebelumnya yaitu, AIR TERJUN PENGANTIN 2, LOVE STORY, VIRGIN 3, THE TARIX JABRIX 3, dan GET MARRIED 3.

Mestinya kita mencontoh salah satu strategi yang diusung para pembuat film di Nigeria yang berhasil mendunia dengan Nollywood dan mulai disejajarkan dengan Bollywood dan Hollywood. Film yang diproduksi Nollywood itu hampir menggunakan bahasa daerah dan tetap diterima oleh masyarakat setempat, bahkan para imigran asal Nigeria yang tersebar di sejumlah benua.

Sekali lagi sebenarnya kita juga punya potensi untuk distribusi seperti yang dilakukan Nollywood karena banyak sekali tenaga kerja asal Indonesia yang bisa dijadikan target pemasaran ke luar negeri, selain di dalam negeri.

Sementara itu pesta film tahunan Festival Film Indonesia (FFI) 2011 yang bertema "Perbaikan Membutuhkan Perubahan" sebentar lagi akan segera di gelar. Pada tanggal 10 November 2011 akan diumumkan para nominasi dan pada tanggal 26 Nopember akan digelar Malam Anugerah Piala Vidia serta pada tanggal 10 Desember 2011 Malam Anugerah Piala Citra.

Diharapkan perbaikan membutuhkan perubahan yang menjadi tema FFI 2011 tersebut juga akan menjadi perbaikan mutu perfilman Indonesia setelah mendapatkan perubahan dengan menggali segala potensi yang ada dari negeri kita sendiri.-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline