Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kabupaten Kepulauan Seribu telah melakukan tes kadar limbah minyak mentah di empat pulau setelah terjadi pencemaran di perairan Kepulauan Seribu. Menurut KLH Kepulauan Seribu, Bowo Suroso, pada hari Senin 08 Agustus 2011, pihaknya akan mencari tahu siapa yang sengaja mencemari perairan tersebut dan berjanji akan mempidanakan pelaku yang membuang minyak mentah ke laut hingga terjadi pencemaran.
[caption id="attachment_127925" align="aligncenter" width="559" caption="Kepulauan Seribu Tercemar Minyak Mentah (foto istimewa)"][/caption]
Tim KLH Kepulauan Seribu, saat ini tengah melakukan survei dan mengambil contoh minyak mentah untuk kepentingan uji laboratarium. Bila bukti-bukti sudah kuat, pelaku akan diseret ke meja hijau untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Menurut Bowo, bahwa pencemaran terbesar terjadi di empat pulau, yakni Pulau Pari, Pulau Payung, Pulau Tidung Kecil dan Pulau Tidung Besar.
Ternyata tekstur minyak mentah yang terdapat di empat pulau semuanya sama. Sampel yang telah diambil akan diuji lab untuk mengetahui asal minyak mentah tersebut. Selain uji lab, pihaknya juga akan berusaha mengetahui pelaku pencemaran melalui foto satelit. Pencemaran yang terbesar terjadi di Pulau payung dengan luas permukaan laut tertutup cairan sekitar 100 meter persegi. Gumpalan memiliki 0.5 sentimeter di atas permikaan laut. Cairan itu hampir ada di sepanjang pantai Pulau Payung.
Bupati Kepulauan Seribu, Achmad Ludfi mendukung penuh langkah untuk mencari pelaku pencemaran dan melakukan penuntutan. Dia mengutuk keras pencemaran yang terjadi di wilayahnya. Untuk itu, orang nomor satu di wilayah Jakarta kepulauan ini mengintruksi tim yang terdiri KLH, Sudin Kelautan dan Pertanian, Bagian Ekonomi dan Pembangunan, Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, dan kelurahan Pulau Tidung untuk melakukan pengecekan langsung ke lapangan. Karena dampak dari pencemaran tersebut, ribuan bibit mangrove yang ditanam di pantai selatan Pulau Pari, Kelurahan Pulau Pari, Kepulauan Seribu Selatan, terancam mati. Pasalnya, tanaman yang menjadi penopang utama gerusan abrasi bibir pantai pulau tersebut diserang pencemaran tumpahan minyak mentah.
Cairan minyak mentah itu sudah menyerang sekitar 5.000 bibit pohon mangrove di selatan Pulau Pari, dan sampai saat ini belum ada upaya pembersihan minyak mentah tersebut dari laut. Pencemaran tersebut, telah mengancam kelangsungan nelayan dan wisata Kepulauan Seribu. Akibatnya sangat merugikan, terutama kelestarian ekosistem laut.
Diharapkan hasil penelitian tersebut dapat dengan segera mengetahui pelaku pencemaran dan hendaknya Pemda setempat juga segera mengantisipasi kondisi perairan yang telah tercemar dengan segera melakukan pembersihan.-
*(Sumber dari berbagai media)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H