Lihat ke Halaman Asli

Pertemuan ‘Desa Rangkat’ di Ganjuran Telah Mengagumkan Para Kompasianer

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13099537811150266845

Pada hari Sabtu dan Minggu tanggal 02 dan 03 Juli 2011 yang lalu, ‘Desa Rangkat’, sebuah komunitas para penulis Kompasiana, telah melaksanakan kopdar pertamanya di Ganjuran, Sumbermulyo, Bambanglipuro Bantul. DI Yogyakarta (di tempat kediaman sesepuh ‘Desa Rangkat’, Bapak E. Astokodatu). ‘Desa Rangkat’ adalah wadah komunitas warga Kompasiana dalam menuangkan segala ide dan imajinasi kreatif akan sebuah desa yang tumbuh kembang bersama rasa Toleransi, Kesamaan, Persaudaraan dan Persahabatan juga rasa Kekeluargaan yang dijunjung tinggi. ‘Desa Rangkat’ merupakan desa yang dibangun dan dibesarkan melalui hati dan rasa dengan prinsip Diskusi Elok Sarat Asah-asih-asuh dalam meRANGkai KATa.

[caption id="attachment_120987" align="aligncenter" width="614" caption="Kopdar Desa Rangkat (foto pribadi)"][/caption]

Pertemuan ‘Desa Rangkat’ telah dihadiri oleh dua puluh sembilan warga dari berbagai daerah antara lain dari Jakarta, Depok, Bekasi, Bandung, Semarang, Klaten, Temanggung, Situbondo, Jember, Surabaya, Palembang, Makassar, Gorontalo, Menado dan tuan rumah DI Yogyakarta. Dalam pertemuan itu telah dilakukan silaturahmi antar warga, diskusi pengalaman penulis, pesan dan kesan komunitas desa rangkat dan sharing dengan komunitas ‘Canting’ DI Yogyakarta serta bakti sosial ke panti asuhan Santa Maria, Ganjuran, Bantul, DI Yogyakarta. Dan dalam pertemuan itu hampir seluruh warga desa rangkat menyatakan kegembiraannya dengan ungkapan kata bahagia yang kerap selalu terlontar dari obrolan-obrolan diantara mereka.

Pada sambutan yang sangat luar biasa dari Bapak E. Astokodatu selaku tuan rumah pertemuan tersebut, menyampaikan bahwa pertemuan ini adalah sebuah realisasi Asah, Asih dan Asuh. Menurutnya pertemuan ini terlaksana bukan karena dirinya yang telah berbaik hati menyediakan tempat, namun sesungguhnya karena kita semua telah diberkati Tuhan Yang Maha Esa. Sehingga dia selalu menjawab kepada warga Desa Rangkat yang mengucapkan rasa terima kasihnya, agar berterimakasihlah kepada Tuhan. Beliau juga menjelaskan bahwa dia selalu diajarkan oleh ayahnya agar senantiasa berbagi kebaikan kepada setiap orang. Karena tidak ada ruginya dan banyak manfaatnya melakukan hal tersebut. Dan hingga saat ini dia selalu melaksanakan hal tersebut katanya pasti akan ia laksanakan selama masih mampu melakukannya. Selama waktu pertemuan tersebut, pak Astoko, selalu sibuk mengatur penjemputan, penyediaan penginapan, makan, dan lain sebagainya. Ada satu kesan yang luar biasa dalam pertemuan itu, dimana para pemuka masyarakat di lingkungan tempat tinggal Bapak Astoko menyebutkan bahwa pertemuan mengagumkan sungguh terjadi di desa ini!

Menurut Kepala ‘Desa Rangkat’, Yayok Haryanto, bahwa pertemuan desa rangkat tersebut merupakan pertemuan yang sangat membahagiakan. Dan mengingatkan kita pada semboyan : “A Happiness is When We Make Somebody Else Happy” (Kebahagiaan hakiki adalah pada saat kita mampu membuat orang lain berbahagia). Semboyan tersebut sarat makna filosofis, yang belum tentu dapat dicerna dengan modal kecerdasan saja. Perlu kebersihan hati dan kepekaan rasa, agar kita bisa berbagi dengan sesama. Mas Yayok juga pernah menjelaskan pada tanggal 13 April 2011 lalu, bahwa Desa Rangkat di Kompasiana.com, diawali oleh keresahan pertentangan di rubrik agama, dan sentuhan persaudaraan dalam komentar yang ditangkap oleh Mommy, maka terbangunglah Desa Rangkat yang awalnya adalah kumpulan RANGkaian KATa, berupa puisi. Kemudian setelah Mommy mengangkatku menjadi Kepala Desa, sekaligus suami dalam setting Desa Rangkat, maka kuusulkan agar Desa Rangkat dijadikan akronim dari Diskusi Elok Sarat Asah-asih-asuh dalam meRANGkai KATa di kompasiana.com baik berupa tulisan, komentar atau tanggapan dari komentar. Dengan kata lain, Desa Rangkat adalah penjabaran dari Sharing and Connectingnya kompasianadotcom. Mas Iskandarjet, selaku admin pada kesempatan terakhir saat berpamitan, menitipkan salam untuk semua warga Desa Rangkat. Dan ternyata bapak Kades ini sengaja menyempatkan diri untuk hadir pada pertemuan tersebut, walaupun saat ini beliau sedang sibuk-sibuknya bekerja di Jember, Jawa Timur. Tetapi selama di Ganjuran tidak terlihat sama sekali wajah kelelahannya. Luar Biasa! [caption id="attachment_120990" align="aligncenter" width="614" caption="Pertemuan awal (foto pribadi)"]

1309954136490364063

[/caption]

Mommy, Ibu Kades De Rangkat, datang dari Bandung, Jawa Barat tiba di Yogya pada tanggal 01 Juli 2011 berharap agar Desa Rangkat yang kini telah menjadi nyata ini akan menjadi langgeng dan selalu berkata rasanya pertemuan ini seperti mimpi. Terlihat sekali raut wajahnya menunjukan rasa kebahagian yang tidak terhingga. Dan dia berharap persahabatan ini tidak cepat berlalu serta meminta kepada warga Desa Rangkat agar terus memelihara semangat untuk terus bisa berbagi dengan sesama.

Sementara itu menurut Odi Shalahuddin, selaku guru di Desa Rangkat, bahwa pertemuan ini sangat luar biasa semangatnya. Sebagai warga DI Yogyakarta, dia selalu mengikuti pertemuan ‘Desa Rangkat’ dari awal pertemuan pada tanggal 01 Juli di Hotel Pramesthi hingga bubaran pada tanggal 03 Juli 2011 di Malioboro. ‘Desa Rangkat’ menurutnya, adalah sebuah desa yang pada akhirnya telah menjadi desa kita bersama. Sejarahnya, desa yang diciptakan oleh Mommy itu, telah menjadi bagian dari kehidupan di Kompasiana. berbagai ide/gagasan ataupun kisah-kisah imajinatif telah lahir. Dia mencoba membangun sejarah ‘Desa Rangkat’, yang terkait dan dikembangkan dari Putri Tebu, Pewaris Pena Pusaka. Putri Tebu, panggilan atau julukan Pak Kades Yayok kepada bunda terkasih. Melalui tulisan ‘Desa Rangkat’, Desa Pelopor Segala, mengenai perjalanan Laura dan Jack, akhirnya sampai untuk merekonstruksi sejarah imajinatif ‘Desa Rangkat’. Sejarah yang dikisahkan oleh Pak Kades kepada kedua tamunya. Mas Odi mencoba mengembangkan dengan membuka awalan, meminta usulan, tapi hanya dari Pak kades. (Mommy waktu itu lagi sibuk kali ya..). Yang ada dalam imajinasinya, dengan mengkaitkan postingan-postingan terdahulu adalah merekonstruksi menjadi peta Desa Rangkat. Desa Rangkat dibayangkan berbentuk hati. Bagian atasnya adalah teluk. Terdiri dari sembilan dusun. Angka sembilan menjadi bermakna. Tentang sejarahnya sendiri, Putri Tebu adalah anak seorang raja yang selalu memperhatikan kondisi rakyat, ini membuat sang raja murka dan memenjarakan dalam kamarnya. Ia akhirnya diselamatkan di dibantu oleh ibunya agar bisa keluar. Ia didampingi oleh pujangga Jagadunya (menjaga dunia) yang memiliki pena pusaka. Pak Kades akan menjadi keturunan ketujuh dari Putri Tebu. Mommy keturunan ketujuh dari Pujangga, yang kemudian mewariskan pena pusaka. Ia mendapatkan harta karun, karya-karya dari Putri Tebu. Sebuah sejarah maya yang manstaf!

[caption id="attachment_121027" align="aligncenter" width="614" caption="Warga Desa Rangkat + (foto pribadi)"]

1309968272445747227

[/caption]

Lala Sangkrak Laranta, seorang penulis fiksi dari Situbondo, dengan bekal semangat telah menyempatkan diri untuk dapat hadir pada kopdar ini. Walaupun dalam keadaan bersedih hati karena kakak kandungnya sedang sakit keras. Kamipun semuanya mendoakan agar kakaknya segera disembuhkan dari sakitnya. Dia sempat menjelaskan bahwa sebenarnya tidak suka dengan ‘bendera’ namun telah mendapatkan tempat yang indah di ‘Desa Rangkat’. Merasa bebas berkreatif selama bergabung dengan komunitas ini dan sangat puas menikmatinya. Menurutnya karena hatinya ia bisa hadir di Ganjuran. Dan hatinyapun berharap agar pertemuan ini menjadi yang lebih dari prasangka baik kita.

Triansyah Pj yang sering dipanggil sebagai Bung Hans, sang hansip penjaga desa yang sering hadir pada saat ronda di ‘Desa Rangkat’, berangkat sejak tanggal 29 Juni 2011 dari Palembang. Dia sempat singgah di Lampung, Jakarta dan akhirnya tiba di DI Yogyakarta pada tanggal 02 Juli 2011 pada pagi hari. Dari Palembang menuju tempat kopdar ‘Desa Rangkat’, ia pergi bersama istrinya, Mbak Yeni Depe dan kedua anaknya. Dan selama berada di Ganjuran dia merasa bahwa pertemuan ini selalu terus terkenang.

Beny Eduard atau lebih akrab dipanggil Bang Ibay lebay, yang telah mengubah lagu Hymne De Rangkat, sengaja terbang dari Menado menuju DI Yogyakarta ingin segera bertemu dengan warga ‘Desa Rangkat’ dan membuktikan bahwa maya adalah nyata. Dia selalu bergembira ria selama berkumpul dengan saudara-saudara barunya itu. Dan menurutnya bahwa kehadiran kita di Yogyakarta karena punya ikatan yang kuat untuk menyatakan maya bisa menjadi nyata. Kenyataannya permainan rasa emosional kita telah banyak terlibat, terbukti banyak airmata yang mengalir selama pertemuan berlangsung!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline