Lihat ke Halaman Asli

Konser GIGI ‘Sweet Seventeen’ Angan Yang Nyata

Diperbarui: 26 Juni 2015   05:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Dalam rangka ulang tahun yang ke tujuh belas, GIGI menggelar konser ‘Sweet Seventeen’ pada hari Kamis malam 26 Mei 2011 yang lalu. Lebih kurang tiga setengah jam GIGI memuaskan ribuan penggemarnya dalam konser tersebut di Istora Senayan, Jakarta. Konser tersebut digelar untuk menunjukkan eksistensi GIGI selama 17 tahun berkarya di kancah musik Indonesia.

Personel GIGI, Armand, Budjana, Thomas, dan Hendy, menjabarkan perjalanan panjang yang dilaluinya selama 17 tahun. Sebanyak tak kurang dari 40 lagu dibawakan dalam beberapa segmen penuh makna. Antara lain : “Sang Pemimpi”, “1999 Menangis”, “Distorsi Manusia”, “11 Januari”, “Bye Bye”, “Janji”, “Jomblo”, “Pintu Surga”, “Perdamaian”, "Nirwana”, “Terbang”, “Andai”, “Sahabat” dan “Ku Ingin”. Lagu-lagu tersebut mulai dari kritik sosial, nasionalisme, keagamaan, hingga persahabatan.

Konser yang diwarnai tema keagamaan, kemanusiaan, dan persahabatan seiring dengan perjalanan band solid tersebut merayakan hari jadinya, mengungkapkan adanya beberapa kali pergantian personel. Dan kini GIGI digawangi oleh Armand Maulana (vokal), Thomas Ramdhan (bass), Dewa Budjana (gitar), dan Gusti Erhandy Rakhmatullah (drum).

Sebelum konser yang dinantikan para penggemar GIGI atau GIGI KITA dimulai, lagu ‘Indonesia Raya’ berkumandang. Lagu itu mencerminkan rasa nasionalisme yang tinggi dari grup band yang album pertamanya bertajuk "Angan" tersebut. Kemudian konser dibuka dengan sebuah film pendek karya sutradara Eko Kristianto, dengan tokoh utama Marsha Timothy dan Vino G Bastian serta penampilan Joko Anwar sebagai cameo. Sebuah pembuka yang berhasil mendatangkan tepuk tangan meriah dari para penonton.

Dalam kesempatan itu pecinta musik yang juga anggota Dewan Perwakilan Rakyat Tantowi Yahya dengan bangga memberikan sambutan. Tantowi menceritakan secara singkat awal kiprah GIGI terjun ke industri musik Indonesia. GIGI memang pernah ada di bawah perusahaan rekaman milik Tantowi, Cee Pee. Menurutnya, tidak banyak yang tahu bahwa 1 dari 23 album GIGI separuh pengerjaannya dilakukan di Amerika Serikat dengan melibatkan musisi sekelas Billy Sheehan (pencabik bas Mr Big).

Tepat jam delapan malam itu, petikan gitar Tohpati terdengar menandakan akan dimulainya aksi penampilan GIGI. Petikan gitar tersebut mengiringi pemunculan seluruh personel GIGI ke atas panggung. Lagu pertama “Sang Pemimpi” yang menjadi soundtrack film berjudul sama ini sontak membuat penonton berteriak ikut bernyanyi. Disusul lagu kedua berjudul “1999 Menangis”. Saat lagu ketiga, “Distorsi Manusia”, Armand mulai menyapa penonton dengan teriakan "Assalamualaikum". Armand lalu bercerita tentang tiga lagu pembuka yang mengupas mengenai kemanusiaan dan kondisi dunia sekarang yang dihancurkan oleh manusianya sendiri. “Sampai kapan pun kalau mimpi lu positif, maka akan jadi seseorang,” semangat Armand.

Penonton yang telah memadati Istora Senayan malam itu selalu menyambut antusias atas interaksi yang dilakukan oleh Armand. Kalau melihat kepadatan penonton malam itu diperkirakan tiket konser tersebut telah terjual habis. Dan harga Tiket konser tersebut telah dijual dalam lima kelas: VIP Rp 400 ribu, Kelas I, Rp 250 ribu, Kelas II RP 175 ribu, Festival Rp 175 ribu, dan Festival II Rp 100 ribu. Harga tiket tersebut relatif terjangkau oleh para penggemar atau para fans GIGI.

Armand sang vokalis begitu luwes mengendalikan emosi serta mood penonton. Beberapa kali, dari atas panggung Armand seperti mengajak penggemarnya berbincang, bahkan bercanda hingga menimbulkan gelak tawa. Seperti saat dia melontarkan ledekan ke Budjana. “Kalau Budjana jadi guru, pasti jadi guru olah raga. Ngomongnya dikit-dikit banget sih,” kelakar suami penyanyi Dewi Gita itu. Penonton terus diajak bernyanyi bersama, terutama saat lagu-lagu jagoan GIGI dibawakan, seperti “11 Januari”, “Janji”, “Jomblo”, “Pintu Surga”, “Perdamaian”.

Tetapi konser itu tak hanya memberi sorotan utama kepada sang vokalis. Di beberapa bagian, pemain gitar Dewa Budjana, pemain drum Thomas Ramdhan, dan pemain drum Gusti Hendy mendapat sorotannya. Ada adegan solo drum dari Hendy yang dengan lincah dan bertenaga menghajar semua pernak-pernik di drum set nya dengan iringan playback musik rock. Lantas, Thomas berkolaborasi dengan DJ Riri dan menunjukkan betapa groovy-nya dia sekaligus menunjukkan siapa di antara personel GIGI yang dekat dengan dunia disko dan musik elektronik. Aksi solo drum Hendy selama tak kurang dari delapan menit cukup memanjakan telinga dan mata penggemar. Waktu itu diawali dengan keheningan, tiba-tiba saja Hendy menggebuk drum yang memang telah di set berada di atas penonton VIP. Penampilan solo drum Hendy sekitar enam menit semakin lengkap dengan tata cahaya yang luar biasa. Acara berlanjut menjadi suasana remix melalui aksi DJ Riri dan Thomas yang memainkan bass.

Belum surut decak kagum yang membanjiri venue, histeria kembali hadir saat para mantan personel GIGI muncul dalam segmen reunion. Juga tak ketinggalan gitaris berdarah Bali, Dewa Budjana, menunjukkan kelihaiannya mengulik gitar listrik. Saat penonton menikmati alunan petikan gitarnya, suasana terasa kocak. Dewa mengakhirinya dengan nada lagu : ‘Cicak Cicak di Dinding’.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline