Lihat ke Halaman Asli

edy mulyadi

Jurnalis, Media Trainer,Konsultan/Praktisi PR

Presiden Jokowi Neolib?

Diperbarui: 30 April 2018   16:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Tidak mudah untuk menjawab pertanyaan pada judul artikel ini. Kesulitan antara lain disebabkan mantan Walikota Solo tersebut berjualan Trisakti dan Nawacita saat kampanye Pilpres 2014 silam. Padahal siapa pun tahu, bahwa Trisakti bertentangan secara diametral dengan paham neolib atau neoliberalisme. Pun demikian dengan Nawacita, yang dianggap sebagai breakdown dari Trisakti, tentu bertabrakan dengan neolib.

Trisakti adalah ajaran Bung Karno yang berisi tiga pondasi penting. Yaitu, berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, dan berkepribadian di bidang kebudayaan. Sedangkan Nawacita adalah visi-misi yang digunakan pasangan Capres/Cawapres Joko Widodo/Jusuf Kalla. Dalam Nawacita ada sembilan agenda pokok untuk melanjutkan serta mewujudkan semangat perjuangan dan cita-cita Soekarno dalam Trisakti.

Kini, setelah menjadi Presiden tiga tahun lebih, kita jadi bertanya, benarkah Jokowi telah merealisasikan janji-janji kampanyenya? Sudahkah dia menjadikan Trisakti dan Nawacita sebagai pedoman dalam mengendalikan perahu besar bernama Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)?

Pada konteks ini, bagaimana kita membaca tantangan Jokowi kepada para ekonom atau pihak lain yang selama ini mengkritisi utang Indonesia untuk adu argumen dan data melawan Menteri Keuangan Sri Mulyani? Tantangan ini menjadi menarik, karena disampaikan oleh seorang Presiden yang selalu dicitrakan sederhana dan merakyat.

Saya tidak ingin membahas tantangan yang segera disambut ekonom senior Rizal Ramli, yang biasa disapa RR. Juga saya tidak berminat menduga-duga soal berani-tidaknya Sri menjawab tantangan debat mantan Menko Ekuin dan Menkeu era Abdurrahman Wahid yang terkenal dengan jurus Rajawali Kepretnya itu. Sebab saya, dan juga mungkin anda, rasanya hampir yakin, bahwa Sri tidak akan punya nyali meladeni tantangan tersebut. Dia dan atau para punggawanya bisa saja menyodorkan seabreg dalih untuk sembunyi di balik ketidakberanian tersebut.

Membaca posisi Jokowi

Di sini saya hanya ingin membaca bagaimana kita memaknai tantangan debat soal utang tersebut? Buat saya, tidak bisa tidak, tantangan itu menunjukkan di mana 'posisi' Jokowi sebenarnya. Tantangan tadi berkata, bahwa sang Presiden 100% mengamini kebijakan Menkeunya dalam perkara utang. Bukan itu saja, tantangan itu secara gamblang juga menjelaskan, bahwa Jokowi sangat percaya dan bangga dengan Sri Mulyani!

Pertanyaannya, bagaimana mungkin seorang yang mengaku menggenggam Trisakti erat-erat bisa tidur nyenyak ketika negaranya masuk dalam jebakan utang menggunung dengan bunga supertinggi? Bagaimana mungkin seorang yang mengaku berpihak pada rakyat, bisa terus-terusan menampilkan wajah innocent saat nyaris sepertiga APBN habis hanya untuk membayar cicilan pokok dan bunga utang?

Ya, sepertiga anggaran di APBN! Sungguh suatu jumlah tidak sedikit, yang bahkan jauh melampaui anggaran pendidikan dan insfrastruktur yang amat dibangga-bangakan! Yang karena alokasi anggaran bayar utang superjumbo itu, belanja sosial harus dipangkas sampai taraf minimal. Akibatnya harga-harga barang publik pun terus melambung, mencekik leher rakyat yang, konon, dicintainya.

Kondisi ini pula yang menjelaskan mengapa dalam tiga setengah tahun kekuasaanya, begitu banyak kebijakan ekonomi yang bertabrakan dengan Trisakti dan Nawacita bisa melenggang mulus. Praktik impor komoditas pangan yang bertubi-tubi, terlebih lagi di saat panen raya, jelas menyeruakkan aroma neolib yang amat menyengat.

Begitu juga dengan Privatisasi BUMN yang serampangan, syahwat menjaring utang yang ugal-ugalan, memperpanjang kontrak Freeport yang sangat arogan dan berkali-kali melanggar UU, membuka pintu lebar-lebar bagi investasi dan tenaga kerja asing dengan segala kenikmatan luar biasa bagi mereka, dan lainnya. Semua itu jelas-jelas beraroma neolib yang amat kental.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline