Lihat ke Halaman Asli

Edy Gunarto

atasan langsung

Nak, Bukan Bapakmu Tak Ingin Membahagiakanmu dan Menyenangkanmu

Diperbarui: 25 Juni 2015   23:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

[caption id="" align="aligncenter" width="240" caption="ilustrasi"][/caption]

"Nak, bukan bapakmu tak ingin membahagiakanmu dan menyenangkanmu. Namun kau harus belajar dan mengerti, bahwa tak semua keinginanmu harus dituruti dan bisa kau dapatkan. Menangislah 5-10 menit sekarang. Itu lebih baik daripada kau akan menangis nanti..."

Kalimat itu saya tulis di awal tahun ini sebagai status di jejaring sosial Facebook dengan rasa haru yang belum hilang. Sekitar satu jam sebelumnya saya menggendong anak sulung saya (2 tahun saat itu) yang tengah menangis hebat keluar dari sebuah toko perlengkapan bayi dan balita, yang juga menjual aneka macam mainan berkelas menengah. Di dalam toko, naluri bocahnya menuntunnya untuk memilih mainan yang disukainya dan tentu diiringi keinginannya untuk membawanya pulang. Si kecil kemudian menangis dan berontak saat saya ajak pulang tanpa membawa satupun mainan. Setiap orang tua pasti berkeinginan untuk memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya, semampunya. Sebagian orang tua yang berkecukupan mengabulkan semua yang diingini anak-anaknya. Orang tua yang pas pasan sebagian juga memaksakan diri tetap membelikan mainan yang berharga mahal untuk anaknya. Saya mampu untuk membeli mainan di toko tersebut namun saya berpendapat bahwa anak saya tidak terlalu membutuhkan mainan-mainan tersebut, apalagi yang berharga sampai ratusan ribu rupiah. Hal yang lebih penting yang ingin saya tanamkan kepadanya adalah bahwa tidak semua keinginan bisa diperoleh. Adakalanya ada sesuatu yang sangat kita ingini namun kita harus berlapang hati  tidak bisa mendapatkannya. Kehidupan juga bergulir, dimana suatu saat mungkin kita juga akan banyak menelan kekecewaan. Kesederhanaan adalah hal kedua yang ingin saya ajarkan pada kejadian tersebut. Kemanfaatan dari sebuah miniatur mobil berharga ratusan ribu dengan mobil-mobilan yang hampir serupa seharga belasan ribu tentu sama bagi seorang bocah batita. Mainan tak harus mahal, namun dapat efektif merangsang fungsi imajinasi, logika, motorik, sosial  dan emosinya. Anak saya cepat sekali bosan. Suatu mainan baru yang diberikan kepadanya kebanyakan hanya mampu menarik perhatiannya kurang dari 1 jam saja. Setelahnya mainan tersebut akan diabaikannya, walaupun sekali waktu nanti kadang-kadang dimainkan kembali. Beberapa mainan yang sedang disukainya kadang dibawa ke kamar saat tidur. Maka, sekalipun dia punya mainan baru yang bagus (=mahal), maka kemanfaatan baginya kurang optimal jika hanya mampu menarik perhatiannya sebentar saja. Mobil-mobilan aneka bentuk, pistol-pistolan, robot dan topeng bagi anak laki-laki; boneka, miniatur alat masak,  perabot rumah, alat dokter bagi anak perempuan hanyalah mainan 'formal' bagi anak-anak. Kitalah yang kemudian membatasi bahwa mainan anak-anak adalah benda-benda yang dibuat khusus untuk mereka. Padahal bagi anak-anak, semua benda adalah mainan, sekalipun benda-benda tersebut berbahaya bagi mereka seperti pisau dan gunting. Ya, anak-anak menganggap aktivitas yang kita lakukan adalah permainan, sehingga merekapun ingin ikut bermain seperti yang kita lakukan. Oleh karena itu saya hampir selalu memberikan kesempatan baginya untuk turut memegang obeng, palu, tang, dan bahkan pisau saat dia ingin mencoba 'ikut beraksi'. Walaupun hanya sebentar, memberi kesempatan anak untuk mencoba sudah sangat cukup untuk mengobati rasa penasarannya dan menambah perbendaharaan imajinya. Benda-benda yang sebenarnya bukan mainan pun bagi anak-anak merupakan mainan. Gulungan selotip yang digelundungkan kesana-kemari seakan menggelindingkan ban mobil. Mobil-mobilan yang dijalankan mundur dan memasuki kardus bekas diimajikan mobil betulan yang masuk garasi. Hal yang jauh lebih dibutuhkan anak-anak adalah teman bermain. Dari sudut pandang orang tua, menyediakan diri untuk menjadi teman bermain bagi anak disebut dengan perhatian. Orang tua pun menjadi "moderator' bagi si anak dalam bermain. Saat bermain dengan anak, saya pun berupaya  'menghidupkan' benda-benda di sekitar saya menjadi mainan bagi anak. Untuk bermain dengan anak usia batita cara ini sebenarnya sangat mudah. Sekeping uang koin pun bisa dijadikan mainan yang seru dan tidak membosankan.  Tantangannya adalah bagaimana kita sendiri menjadikan sebuah benda menjadi mainan, baik dengan menggerakkan, menyusun, menggabungkan, mengikat, menggantung,  memutar, membalik, melontarkan ke udara, menggelindingkan, dan seterusnya. Di sinilah orang tua dituntut untuk kreatif, agar  anak juga kreatif dalam mengolah suatu benda menjadi mainan sekalipun fungsi suatu benda menjadi menyimpang dari fungsi awalnya. ~ Metode dalam mengasuh anak memang menjadi kebebasan bagi setiap orang tua untuk memilih, dengan pertimbangan masing-masing berdasarkan keadaan, pengetahuan, pengalaman dan tujuan orang tua. Namun yang pasti, setiap orang tua ingin yang terbaik bagi anaknya dan merasa telah melakukan yang terbaik bagi anak sekalipun orang lain menganggap tidak baik. Dan bagi saya, saya anggap kesederhanaan  menjadi metode yang terbaik dalam mendidik anak, termasuk dengan tidak mengenalkan anak pada televisi dan game elektronik.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline