Ada tamu spesial yang mendatangi rumah saya setelah hujan deras perdana di musim penghujan ini. Belasan belatung berwarna hitam berjalan merayap seolah ingin mengungsi karena tempat tinggalnya kebanjiran.
Di halaman rumah bertanah terbuka yang tak lebih luas daripada lapangan pingpong memang saya gali beberapa lubang biopori untuk menampung sampah (organik) dapur sehari-hari dan di musim penghujan ini rencananya agar sebagian air hujan yang turun dari atap dapat terserap ke kanah melalui lubang biopori. Lubang-lubang biopori yang saya buat nyaris berimpit, bahkan ada yang jarak antar lubang hanya sekitar 10 centimeter. [caption id="attachment_139708" align="alignleft" width="300" caption="Lubang Biopori di halaman rumah"][/caption] Area yang bisa digali untuk lubang biopori memang terbatas karena di lahan yang sempit tersebut sebelumnya telah tertanam pipa ledeng, sebatang pohon palem dan sebatang pohon mangga sehingga lubang biopori harus mengindar dari pipa ledeng dan daerah perakaran utama pohon tersebut. Ihwal tinggalnya koloni belatung di sampah pengisi biopori saya memang sudah saya ketahui jauh-jauh hari sebelumnya. Saat panen perdana kompos dari lubang biopori beberapa bulan yang lalu beberapa belatung memang masih terlihat asyik bermain di sampah yang belum sepenuhnya berubah menjadi kompos. Saat itu saya menduga belatung-belatung betah tinggal di sana karena kondisi sampah yang masih basah karena air yang tertahan di plastik-plastik yang kebetulan memang ada yang ikut masuk ke biopori. Pada panen kompos di beberapa lubang berikutnya semuanya kering tanpa belatung. Atas kondisi ini saya memang kemudian menyimpulkan bahwa penyebab adanya belatung adalah kondisi isi lubang biopori yang kurang kering atau usia panen yang masih kurang. Kesimpulan saya ini saya kuatkan dengan kondisi panen terakhir, dimana belatung baru saya temui saat pemanenan kompos di kedalaman 70-100 centimeter, dengan kondisi kompos yang tidak terlalu kering. Kompos pada bagian atas malah bebas belatung padahal lebih belakangan masuk ke biopori. Hadirnya belatung di biopori sebenarnya sangat normal, karena lubang biopori memang berisi sampah organik basah yang menjadi tempat favorit lalat bertelur. Larva lalat yang kita sebut belatung ini pun menjadi bagian dari pasukan pengurai sampah agar menjadi kompos. Hal ini terutama untuk sampah dapur yang mengandung protein dan lemak seperti sisa lauk dan sayur basi. Upaya untuk mencegah hadirnya belatung ini sudah saya lakukan dengan cara menyiram lubang biopori yang sudah penuh sampah dengan larutan Mikro Organisme Lokal (MOL) encer yang berisi bakteri pengurai kemudian menutup lubang biopori dengan tanah dengan harapan agar penguraian isi lubang biopori terjadi secara anaerob (tanpa kontak udara terbuka), belatung yang hidup di dalamnya juga mati. *** [caption id="attachment_139717" align="alignleft" width="300" caption="berkumpul di permukaan isi lubang"][/caption] Belatung tinggal di sampah yang agak becek, namun tidak suka kebanjiran. Limpahan air hujan yang mengalir ke dalam lubang biopori di halaman rumah saya nampaknya menjadi alasan bagi belatung untuk meninggalkan rumahnya untuk mengungsi ke tempat yang lebih tinggi. Sebagian merambat di benda-benda di halaman, sebagian merayap sampai ke teras dan beberapa ekor sampai masuk rumah. Belatung yang jalan sampai jauh meninggalkan biopori berwarna gelap yang mungkin menandakan usianya yang cukup matang dan tak lama lagi akan berubah menjadi lalat dewasa. Belatung yang relatif muda (berwarna cerah) berkumpul di permukaan isi biopori saja, hanya sebagian yang mampu keluar dari lubang. Musim hujan baru mulai. Lubang biopori yang baru beberapa bulan saya buat telah berfungsi dengan baik. Sebagai tempat pembuangan sampah organik, menghasilkan kompos dan air hujan yang mengalir ke sana semuanya terserap masuk ke tanah tanpa meninggalkan genangan. Belatung-belatung kecil bukan menjadi alasan untuk menghentikan proyek biopori ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H