Lihat ke Halaman Asli

edyan dionhandayani

salam pertanian

PHTT sebagai Langkah Tepat bagi Petani Padi

Diperbarui: 13 Desember 2018   16:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sumber karbohidrat utama yang umum dijumpai pada masyarakat Indonesia adalah nasi (beras). Karena kebutuhan yang tinggi maka produksi padi harus mampu mengimbangi kebutuhan tersebut. Namun faktanya produksi padi di Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan konsumen. Ada banyak faktor penyebab ketidakmampuan petani dalam memproduksi padi baik itu faktor ekonomi, sosial, lingkungan. Oleh karena itu perlu dilakukan pembenahan dan evaluasi pada aktivitas budidaya padi dan segala hal yang berkaitan dengan padi dan petani.

Dalam rangka pelaksanaan Tri Dharma perguruan tinggi melalui kegiatan KKN Fakultas Pertanian Universitas Kristen Satya Wacana yang dilakukan maka salah satu upaya yang dilakukan adalah mencoba menganalisis dan memberikan solusi pada masyarakat. Fokus kegiatan KKN FPB UKSW adalah sektor pertanian. Permasalahan yang ditemui adalah serangan tikus sawah yang sering menyebabkan kerusakan hingga kegagalan panen padi.

Dampak dari serangan hama tikus ini tentunya sangat memberikan dampak yang tidak baik bagi pelaku usaha tani padi, dikarenakan mayoritas pekerjaan adalah petani. Serangan yang terjadi berlangsung pada bulan-bulan Desember hingga Januari. Penyebab tingginya serangan tikus di Dusun Mendut disebabkan karena beberapa hal seperti pengendalian yang kurang tepat, kurangnya pemahaman petani tentang tikus sawah. Tikus sawah yang menyerang merupakan tikus yang berimigrasi dari areal rawa pening yang pada saat musim penghujan area keringnya terbatas.

Upaya untuk mengenalkan PHTT pada petani dilakukan melalui kegiatan penyuluhan. PHTT sejatinya adalah serangkaian upaya pengendalian yang dilakukan untuk menekan populasi hama tikus. Perlu diperhatikan bahwa pengendalian tidak hanya berbicara tentang membasmi hama tikus melainkan juga memberdayakan kemampuan dan pemahaman petani. Dalam PHTT hal pertama yang harus dilakukan adalah pengedali harus paham dan mengerti tentang tikus sawah itu sendiri mulai dari sifat biologis, ekologis agar dapat mengaplikasikan metode pengendalian yang tepat guna.

SIFAT BIOLOGIS

  • Beraktivitas pada malam hari.
  • Indera penglihatan, penciuman dan perasa yang berkembang baik.
  • Perkembangbiakan tinggi.
  • Hewan Neofobia (Curiga akan hal-hal baru)
  • Dapat melihat warna hijau dan kuning.
  • Indera perasa sensitif dengan rasa pahit.
  • Indera penciuman mampu mengenali benda yang dapat dimakan dan tidak.

SIFAT EKOLOGIS

  • Sarang berupa lubang di pematang atau semak-semak.
  • Senang berada ditempat dengan sumber makanan berlimpah.
  • Menyenangi pematang yang lebar dan lingkungan tak terjaga.

PENGENDALIAN

  • Sanitasi lingkungan
  • Tanam dan panen serempak
  • Gropyokan
  • Fumigasi atau pengemposan
  • Rodentisida
  • Predator alami tikus
  • Trap barrier system

Berdasarkan panduan pengendalian hama tikus maka direkomendasikan PHTT sebagai berikut

Dasar rekomendasi PHTT yang diberikan kepada petani padi di Dusun Mendut adalah

  • Kondisi sosial petani, pengendalian tidak membebankan petani secara finansial.
  • Stadia perkembangan padi, pengendalian disesuaikan dengan umur tanaman padi dan keterkaitannya dengan keberadaan tikus pada lahan sawah.
  • Ketersediaan sumber daya pendukung dan SDM, bahan dan alat untuk pengendalian serta dukungan warga untuk melaksanakan gerakan bersama.

Dalam pemberian rekomendasi diutamakan pengendalian ramah lingkungan, rekomendasi berupa penggunaan rodentisida disarankan untuk pengendalian terakhir jika dirasa serangan tikus sawah sudah sangat merusak. Selain itu rekomendasi pengendalian ramah lingkungan juga disampaikan kepada petani antara lainnya :

  • Penggunaan pestisida nabati, ekstrak brotowali dan jengkol untuk membuat tikus tidak berselera makan.
  • Penggunaan predator alami untuk menjaga keseimbangan ekosistem lingkungan.



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline