Lihat ke Halaman Asli

Edy Arsyad

Buruh Harian

"Bissu", Orang Suci Penjaga Budaya

Diperbarui: 24 Juni 2015   15:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13650947971030847146

Prosesi pembersihan benda pusaka Kerajaan Bone di tempat penyimpanan benda pusaka (Arajang) yang berada di samping Rumah Jabatan Bupati Bone, tak dapat dipisahkan dari peranan para bissu.  Para bissu memiliki peranan penting dalam penyelenggaraan sejumlah ritual adat, yang diperkirakan sudah berlangsung sejak Kerajaan Bone di masa lampau. Ritual adat pembersihan dan pensucian benda pusaka kerajaan itu dalam bahasa Bugis disebut Mattompang Arajang. Dalam proses Mattompang itu, benda pusaka Kerajaan Bone yang dibersihkan oleh pembersih (Pattompang) yang berjumlah 4 orang. Sedangkan dalam tahapan pembersihan itu,  para bissu menari  tarian Maggiri mengikuti irama musik tradisional yang mengiringinya. Semakin cepat irama musik pengiring, gerakan tariannya pun cepat. Sejumlah pusaka peninggalan Kerajaan Bone yang selama ini tersimpan di Arajang itu pun dibersihkan dan disaksikan sejumlah khalayak yang hadir. Adapun benda pusaka yang dibersihkan, diantaranya Sembangeng Pulaweng atau selempang emas, yang terbuat dari emas dan kedua ujungnya terdapat buah medali emas. Selain itu, Kalewang La Tea Ri Duni yang sarung dan hulunya dilapisi emas, keris La Makkawa baik sarung dan hulunya dilapisi emas, tombak La Salaga merupakan tombak yang di mana pada pegangan pada mata tombaknya dihiasi emas. Tiba-tiba, suara gendang bertalu begitu cepat yang disertai pembacaan mantra oleh pimpinan bissu,  bak kesurupan empat orang bissu yang sedari tadi menari itu,  menusukkan keris yang dicabut dari sarungnya dan menusukkannya  ke sejumlah bagian perut. Tak ada luka sedikitpun. Demikianlah sejumlah prosesi Mattompang Arajang yang dilakukan sejumlah bissu yang digelar dalam rangka  menyambut HUT  Kabupaten Bone ke-683 , Rabu 3 April lalu. Tarian Maggiri merupakan tarian yang kerap dilakukan para bissu sejak Kerajaan Bone di masa silam. Bahkan, keberadaan bissu maupun tariannya itu diperkirakan sudah ada sejak raja pertama memimpin Kerajaan Bone. Keberadaan  bissu dalam ritual kebesaran kerajaan begitu penting, sehingga bertumbuh kembang dalam kalangan kerajaan saja. Bissu merupakan pria yang berkepribadian perempuan. Namun, tak seperti  waria pada umumnya. Bissu sendiri dalam bahasa Bugis berasal dari kata Bessi atau suci. Ia menjadi perantara dalam komunikasi antara manusia dan pencipta penguasa alam semesta.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline