Lihat ke Halaman Asli

Edwison Setya Firmana

as simple as es puter

Arbain Rambey vs Ari Wibisono, Beda Prinsip Fotografi

Diperbarui: 20 Februari 2021   13:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tangkapan layar dari twit Arbain Rambey (https://twitter.com/arbainrambey/status/1362256837253292036).

Minggu ini, netizen meributkan kontra pendapat antara Ari Wibisono dan Arbain Rambey. Ari Wibisono mengklaim bisa memotret Gunung Gede Pangrango (GGP) sebesar dan sejelas foto kanan di atas dari Kemayoran Jakarta. 

Foto itu diberi keterangan pemandangan, "Pemandangan Gunung Gede Pangrango di Kemayoran Jakarta Pusat Pagi ini, menandakan Kualitas udara sedang bersih Jakartans ?? #JakartaLangitBiru." 

Lalu Arbain Rambey, seorang fotografer jurnalistik senior, mengomentari bahwa foto itu tempelan. Sontak Ari Wibisono bereaksi dan mengunggah foto aslinya di foto kiri di atas. 

Netijen juga ikut bereaksi. Sebagian mendukung Arbain Rambey dan coba menjelaskan keanehan teknis fotografi Ari. Sebagian lainnya membela Ari Wibisono, bahkan mencap Arbain dengan sebutan yang kurang pantas bahkan dikaitkan dengan politik. Ada beberapa hal yang perlu netizen ketahui soal konflik ini. 

Pertama, Gunung Gede Pangrango akan selalu tampak dari Jakarta di pagi hari. Tidak hanya Gunung Gede Pangrango, tetapi juga Gunung Salak. Kita bisa melihatnya kira-kira saat matahari mulai bersinar sampai pukul 09.00 WIB.

Lalu kenapa Gunung Gede Pangrango "menghilang" di siang hari? Ini lebih disebabkan faktor alam. Matahari semakin tinggi sehingga suhu udara naik. Kenaikan suhu udara meningkatkan penguapan air dan konsentrasi kandungan uap air di kolom udara. 

Itu sebabnya udara negara kita sering disebut udara lembab. Sekarang bayangkan kandungan uap air di kolom udara dari Jakarta, Depok, Bojonggede, Bogor, lalu Puncak sejauh kira-kira 60 km.

 Berapa tebal kolom udara yang dipenuhi uap air itu? Faktor alam lainnya adalah gunung cenderung akan tertutup kabut seiring naiknya matahari dan suhu udara. Hal ini biasanya mulai terjadi saat lepas dari pukul 09.00 WIB.

Hal serupa terjadi dengan Gunung Merapi dari kawasan Stadion Maguwoharjo, Sleman. Hanya berjarak 25 km dari puncak Merapi, puncak tersebut pun hanya tampak sampai kira-kira pukul 09.00 pagi. 

Setelah itu, puncak Merapi tertutup. Apakah kawasan antara Maguwoharjo dan Merapi berpolusi? Tidak sama sekali. Sepanjang jalur antara stadion dan gunung dipenuhi sawah, ladang, dan hanya beberapa perumahan atau pedesaan. Puncak Merapi "hilang" bukan karena polusi, tapi faktor alam.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline