"Tak Ku Tahu Kan Hari Esok. Sepenggal liriknya tiba-tiba hadir dan merasuk dalam benak saya pagi subuh ini"
Tak Ku Tahu Kan Hari Esok
1. Tak ku tahu kan hari esok,
namun langkahku tegap
Bukan surya kuharapkan,
karena surya kan lenyap.
O tiada ku gelisah,
akan masa menjelang;
ku berjalan serta Yesus.
Maka hatiku tenang.
Refrein:
Banyak hal tak kufahami
dalam masa menjelang.
Tapi t'rang bagiku ini:
Tangan Tuhan yang pegang.
3. Tak ku tahu kan hari esok,
mungkin langit kan gelap.
Tapi Dia yang berkasihan,
melindungi ku tetap.
Meski susah perjalanan,
g'lombang dunia menderu,
dipimpinNya ku bertahan
sampai akhir langkahku.
Pelengkap Kidung Jemaat (PKJ) 241 bait 1 dan 3
Sepenggal lirik diatas tiba-tiba hadir dan merasuk dalam benak saya pagi subuh ini. Saat saya sedang asik membaca Kompasiana untuk mengisi kejenuhan saya dalam menulis thesis yang tidak kunjung selesai padahal jadwal sidang sudah mendekat. Seperti biasa, saat saya sedang berada didepan laptop selalu ada musik dan kopi yang menemani kerja penulisan saya.
Berhubung ini sudah masuk hari Minggu dan untuk selalu mengingatkan bahwa tetap harus beribadah sesibuk apapun kita, maka saya memutar musik rohani dari gawai saya. Dan, munculah lagu tersebut diatas yang membuat saya tercenung dan jadi ingin menulis.
Baca juga :Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme