Lihat ke Halaman Asli

Karena Tawuran SMA 6 dan 70, Pelajaran IPA dan IPS di SD Akan Dihapus?

Diperbarui: 24 Juni 2015   23:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pencegahan tawuran berulang di SMA 6 dan 70  gagal dilakukan dengan puncak tewasnya seorang pelajar. Kita tahu masalah ini berlangsung belasan tahun, seharusnya cukup waktu untuk melakukan perbaikan dan pencegahan. Seperti biasa di negara ini, waktu yang begitu panjang tidak dimanfaatkan sehingga masalah tetap ada dan semakin parah.

Ada banyak masukan di media untuk mencegah terulangnya peristiwa menyedihkan ini dan semuanya layak dilakukan. Misalnya segera mengganti Kepala Sekolah dan guru-guru yang kurang menunjukkan semangat dan kepedulian untuk membina siswa yang dipercayakan kepada mereka.

Pihak Kementerian Pendidikan tetaplah yang bertanggung jawab dalam masalah ini. Lebih-lebih tawuran tidak hanya terjadi di kedua sekolah, tapi banyak terjadi di sekolah-sekolah bahkan universitas-universitas di negeri ini. Bandingkan dengan di Malaysia dan Singapura, kita tidak mendengar adanya tawuran pelajar dan mahasiswa di sana.

Ide yang terakhir muncul adalah rencana menghapus mata pelajaran IPA dan IPS dari kurikulum SD, akan menggantinya dengan mata pelajaran budi pekerti. Alasannya untuk menurunkan beban siswa SD, dan memberikan waktu cukup untuk porsi pelajaran budi pekerti.

Penulis menyayangkan rencana ini. Apa benar pelajaran budi pekerti hanya bisa diberikan dengan menghapuskan pelajaran IPA dan IPS? Pelajaran budi pekerti sudah inherent dalam pelajaran agama, dan bisa dimasukkan dalam materi pelajaran-pelajaran lainnya.

Apa jadinya kalau siswa tidak mengenal IPA dan IPS sejak SD? Mereka akan kesulitan mengejarnya di SMP karena harus mulai dari nol di umur yang sudah lebih tua. Daya saing kita akan makin lemah, akan jarang ada scientist di negeri ini. Kita akan lemah dan semakin ketinggalan dalam penguasaan teknologi.

Belum ada tanggapan-tanggapan di media terhadap rencana penghapusan ini, mestinya ilmuwan dan dosen MIPA menyampaikan keberatan mereka. Atau mungkin karena mereka tidak punya keberatan?

Waktu enam tahun di SD sangat panjang, tidak layak kalau lantas pelajaran IPA dan IPS dihapuskan dari masa enam tahun itu. Ada cukup banyak kesempatan dan waktu untuk mendidik budi pekerti siswa selama enam tahun ini. Jadi, mohon mata pelajaran IPA dan IPS itu tidak dihapuskan. Justru harus diperkenalkan lebih awal supaya mereka lebih cepat mencintai science dan menjadi praktisi di kelak kemudian hari.

Lantas, mengapa kejadian tawuran di sekolah-sekolah yang bermasalah membuat seluruh siswa SD di negeri ini kehilangan kesempatan belajar IPA dan IPS, yang membuat mereka nantinya kehilangan sense terhadap science? Jangan karena ada masalah di sekolah-sekolah tertentu yang gagal dalam pendidikan budi pekerti lantas merugikan seluruh siswa secara nasional. Ingat masa depan mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline