Lihat ke Halaman Asli

Cocokkah Tank Leopard untuk Jalan dan Jembatan di Sini?

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bulutangkis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Vladislav Vasnetsov

Main battle tank Leopard kalau dipakai di sini akan menambah kerusakan jalan-jalan dan jembatan-jembatan. Tanpa ada tank seberat 60 ton ini saja jalanan dan jembatan cepat banget rusaknya, apalagi kalau dilewati tank ini. Lantas siapa yang setiap kali harus menambal aspal jalan-jalan dan jembatan yang rusak setelah tank ini lewat? Kalau tidak diperbaiki, publik pemakai jalan juga yang merasakan kerugian.

Jembatan-jembatan akan cepat runtuh kalau dilewati tank-tank sekelas ini. Apalagi perlu diingat bahwa sekali lewat, tidak mungkin hanya satu tank. Pasti berupa konvoi. Tanpa main battle tank saja jembatan di Kutai Kartanegara runtuh dengan sendirinya. Bagaimana kalau jembatan-jembatan lain lebih sering dilewati tank-tank ini?

Sekarang sudah mungkin bukan jamannya main battle tank lagi. Belanda memberi alasan penjualan tank karena mereka ingin menghemat anggaran. Alasan yang sebenarnya adalah karena sekarang sudah bukan jaman main battle tank lagi. Logikanya kalau MBT masih diperlukan untuk memenangkan peperangan di darat, Belanda pasti tidak menjual tank-tank Leopard mereka.

Mau dipakai di mana tank ini? Untuk mengimbangi Malaysia dan Singapura? Sekarang tank sebesar ini sudah tidak efektif lagi dalam pertempuran infanteri. MBT musuh tidak perlu didekati sampai jarak tembak. Yang diperlukan adalah rudal-rudal cerdas anti serangan udara dan anti tank kalau memang ingin mengimbangi main battle tank Malaysia dan Singapura. Main battle tank tidak perlu dan tidak bisa diimbangi dengan main battle tank. Tidak cerdik menghadapi MBT musuh dengan MBT sendiri. MBT harus dihadapi dengan rudal anti tank dan / atau pesawat tempur. Cara ini akan lebih efektif dan lebih memastikan kemenangan.

Pertempuran antar tank terakhir terjadi puluhan tahun yang lalu antara Mesir dan Israel di gurun Sinai. Setelah itu tidak terjadi lagi karena dari pelajaran pertempuran Mesir vs Israel itu pemakaian MBT untuk menghadapi MBT tidak efektif, tidak ada gunanya, kemungkinan terjadinya kecil dan yang paling penting: tidak menjamin kemenangan. Yang paling efektif adalah rudal cerdas, pesawat tempur dan kapal selam peluncur rudal.

Bukti jelas yang paling baru bisa dipelajari pada tidak imbangnya tank-tank besar Irak melawan tank-tank Amerika karena pasukan Amerika mempunyai kombinasi perlindungan lebih lengkap dan modern dari udara dan rudal jarak jauh.

Kalau pun diperlukan tank, ukurannya yang kecil / medium saja. Itupun bukan dimaksudkan untuk perang antar tank, tapi untuk kendaraan angkut personal dan pertempuran melawan musuh yang berkendaraan ringan.

Oleh karena itu, negeri ini harus mengembangkan sendiri rudal-rudal anti tanknya, pesawat tempur dan tank-tank berukuran kecil / medium. Tidak perlu lah tank raksasa impor yang akhirnya hanya merusak jalan-jalan dan jembatan-jembatan di sini.

Tulisan ini untuk memberikan perspektif perlindungan sarana-sarana umum seperti jalan dan jembatan di tanah air yang rancangan dan kualitasnya tidak dibangun untuk menahan beban seberat MBT. Jika memang diperlukan jenis tank ini, perlu dipikirkan bagaimana strategi mobilisasi MBT tanpa merusak sarana dan prasarana yang ada. Bolehlah membeli MBT asal kualitas jalan dan jembatan ditingkatkan dulu sehingga publik juga diuntungkan dengan keselamatan transportasi yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline