Itu adalah kalimat klise yang selama ini selalu kita dengar dari para pelaku sepakbola baik di dalam maupun luar negeri.
Sebelum kita melangkah lebih jauh untuk membahas tentang sepakbola Indonesia, mari kita berfikir ulang tentang maksud dari kalimat di atas.
Jika kata 'sepakbola' pada kalimat di atas kita ganti dengan kata 'sambal', dan anda adalah seorang pebisnis, kira-kira perusahaan 'sambal' seperti apa yang akan anda bangun ketika bisnis anda memiliki potensi konsumen sebesar 70% dari 270 juta jiwa..??
Berkaca dari pembangunan sepakbola di seluruh Indonesia yang selama ini dikelola oleh PSSI sebagai 'pemain tunggal' dari Industri, khususnya sebelum periode kepemimpinan terbaru yang memang belum pantas untuk kita nilai namun tak dapat pula dimaklumi kalau ikut terkena imbasnya.
Jika dianalogikan bahwa PSSI adalah Perusahaan Sambal Seluruh Indonesia, apa yang selama ini telah mereka lakukan?
Jawaban yang bisa kami simpulkan tak lain adalah EKSPLOITASI.
Eksploitasi adalah pemanfaatan secara sewenang-wenang atau berlebihan terhadap sesuatu untuk kepentingan tertentu, tanpa mempertimbangan rasa kepatutan, keadilan serta kompensasi kesejahteraan bagi ekosistem yang ada di dalamnya.
Kembali ke analogi, sebagai 'Perusahaan Sambal Seluruh Indonesia' yang tanpa pesaing di Industri, apa yang dilakukan PSSI selama ini adalah :
Mereka terus-terusan berusaha memanen cabai hasil pembibitan dari para petani lokal dari seluruh Indonesia, tanpa pernah punya kepedulian yang cukup pada ketersediaan lahan, kualitas bibit serta ilmu pengetahuan dari para petani guna menjaga kualitas dan suplai dari cabainya.
Akibatnya, mereka terus-terusan menjual produk sambal tanpa pernah bisa memastikan kualitas, kontrol produk serta jaminan perlindungan yang pasti bagi konsumennya.
Hingga ujung-ujungnya, mereka terpaksa mengimport 'sambal murah' dari luar negeri hanya untuk sekedar mengejar ketertinggalan standar kualitas dan suplai bahan baku dari produk mereka, dikarenakan permintaan pasar yang tinggi di dalam negeri dan itu diperparah pula dengan ketergantungan mereka terhadap pihak dari luar perusahaan yang belum tentu selalu bisa berada di bawah kontrol mereka.
Apa yang bisa kita simpulkan dari analogi di atas?