Setelah sekian lama menunggu tulisan tentang Karo berdasarkan genetika dan belum muncul-muncul juga, maka akhirnya penulis memutuskan untuk menulis artikel ini. Berdasarkan Y-DNA Haplogroups dari populasi Karo, maka dapatlah ditelusuri mengenai asal-usulnya. Karo Y-DNA Haplogroups terdiri dari: C-RPS4Y*= 19,05%, R-M173= 19,05%, O-M95* = 19:05%, dan O-M119= 42,85%. Seperti itulah Y-DNA Haplogroups dari populasi Karo.
C-RPS4Y* merupakan subclade dari Y-DNA C, tetapi masih masih memakai tanda (*) yang artinya masih memerlukan penelitian untuk memperjelasnya lebih jauh. Paragroup C ditemukan dalam populasi kuno di setiap benua kecuali Afrika dan dominan Y-DNA Haplogroup di antara banyak laki-laki milik masyarakat asli di Asia Tengah/Siberia, Amerika Utara dan Oseania. Paragroup C ini tidak langsung lagi berasal dari Afrika, tetapi muncul di luar Afrika setelah bermutasi pada sekitar 60.000 tahun lalu. Kemudian C-RPS4Y* banyak ditemui di Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan suku Aborigin Australia, tetapi Karafet et al. (2010) mengemukakan bahwa C-RPS4Y* ditemukan juga di Indonesia (termasuk bagian Barat) dan Asia Tenggara. Dengan demikian, kemungkinannya C-RPS4Y* bermigrasi ke Tanah Karo adalah dari Asia Daratan.
O-M95* diasosiakan sebagai penutur Austroasiatik. Jean A. Trejaut et al. (2014) mengemukakan bahwa O-M95* bermigrasi dari Indochina ke Indonesia Barat. O-M95* bermigrasi melalui Semenanjung Malaka terus ke Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. O-M95*ditemukan juga pada Karo Y-DNA Haplogroups. O-M95* ini diperkirakan lebih dulu bermigrasi sebelum ekspansi Austronesia di sekitar 4.000 – 6.000 tahun lalu. O-M95* bermigrasi masuk melalui pantai timur Sumatera.
Melihat pada beberapa ekskavasi arkeologi atas bukit-bukit kerang yang dilakukan di sepanjang pesisir Timur mulai dari sekitar Medan hingga Lhokseumawe, maka terbukti jelas bahwa para pendukung budaya Hoabinh sudah datang ke sana. Berdasarkan fosil berusia 7.400 tahun lalu (belakangan ditemukan lagi fosil berusia 8.430 tahun lalu) yang dicocokkan DNAnya dengan orang-orang Gayo oleh Eijkman Institute, maka terbukti bahwa Gayo adalah keturunan dari pendukung budaya Hoabinh tersebut, sedang Gayo dengan Karo berkerabat sangat dekat secara genetik. Para pendukung budaya Hoabinh ini datang dari Teluk Tonkin, Vietnam dan kalau melihat kepada daerah asal Hoabinhian ini, maka ada sementara pihak yang menghubungkannya dengan bahasa Austroasiatik dan mereka menduga ada kaitannya dengan O-M95*. Meskipun demikian, terhadap dugaan ini tetap harus dilakukan pembuktian. Hoabinhian adalah kebudayaan yang berkembang di Vietnam Utara, dekat Teluk Tonkin pada sekitar 10.000 – 2.000 SM. Di dekat daerah itu juga berkembang kebudayaan Dongson pada sekitar 5.000 – 2.000 SM (Wikipedia).
O-M119 sering ditemukan pada populasi berbahasa Austronesia yang kemudian mendominasi bahasa Karo menjadi termasuk ke dalam rumpun bahasa Austronesia. Karafet et al. (2010) dalam papernya mengemukakan bahwa ekspansi Austronesia telah berlangsung pada periode sekitar 4.000 – 6.000 tahun lalu. “Akan tetapi”, seperti disampaikan oleh Gludhug A. Purnomo dari Eijkman Institute (02/03-2016), “terdapat hipotesis bahwa beberapa sub clades dari Haplogroup O (O-M119 dan O-M122) diduga berasosiasi dengan Ekspansi Austronesia pada masa Plestocene.” Populasi O-M119 yang berbahasa Austronesia ini datang dari Asia Daratan dan masuk dari pantai timur Sumatera.
R-M173 paling kuat berasal dari Asia Selatan, menurut Soares (2010). Dari sejarahnya, bahwa penutur Dravida dari India, Asia Selatan memang banyak datang ke Tanah Karo terutama pada millennium kedua masehi. Mereka ini masuk melalui pantai timur Sumatera.
Akhirnya, populasi C-RPS4Y*, populasi O-M95*,populasi O-M119, dan populasi R-M173 datang ke Tanah Karo dari pantai timur Sumatera dengan masing-masing rombongan dalam waktu berbeda-beda yang didahului C-RPS4Y*. Di Tanah Karo, keempat populasi ini kemudian bercampur membentuk sebuah populasi besar dengan KARO Y-DNA Haplogroups seperti yang dikemukakan di awal dan mereka inilah yang sekarang menjadi populasi Karo. Jadi, pada dasarnya Etnis Karo itu terbentuk sendiri. (*)
Oleh: Edward Simanungkalit
REFERENSI & L I N K:
Tatiana M. Karafet et al. (2010) – klik
Tatiana M. Karafet et al. (2014) - klik