Lihat ke Halaman Asli

Edward Paskah Mulia Tambunan

Saya adalah seorang pelajar di Kolese Kanisius

Siksa Kubur: Karya Seni yang Membawa Pertobatan

Diperbarui: 9 Desember 2024   16:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Siksa Kubur, film horor terbaru yang disutradarai oleh Joko Anwar, telah menarik perhatian banyak penonton sejak pemutarnya pada April 2024. Film ini menghadirkan kengerian tanpa harus banyak menggunakan jumpscare, yang menjadi ciri khas dari film horor Indonesia lainnya. Dengan penceritaan yang multitafsir dan cerita yang mendalam, film ini berhasil membuka ruang diskusi yang istimewa tentang agama, dosa, dan siksa kubur.

Siksa Kubur menceritakan tentang Sita (diperankan oleh Faradina Mufti), seorang wanita yang kehilangan kepercayaannya terhadap Tuhan setelah kedua orang tuanya meninggal dunia akibat bom bunuh diri. Kehilangan ini memicu perjalanan batin Sita untuk mempertanyakan kebenaran terkait adanya siksa kubur. Bertekad untuk membuktikan bahwa siksa kubur tidak nyata dan agama hanya sebuah mitos, Sita berencana untuk ikut dikuburkan dengan orang yang dianggap paling berdosa dan hidupnya sudah tidak lama lagi.

Salah satu kelebihan film ini adalah pengembangan karakter yang sangat detail. Joko Anwar berhasil menggambarkan perjalanan tokoh Sita dan Adil (diperankan oleh Muzakki Ramdhan) serta tragedi yang mereka rasakan hingga menghasilkan rasa skeptis terhadap siksa kubur. Karakter lain seperti Slamet Rahardjo sebagai Wahyu, Ninik L Kariem sebagai Juwita, Christine Hakim sebagai Nani, dan Arswendy Bening Swara sebagai Pandi juga diperkenalkan dengan latar belakang yang mendalam, memberikan kedalaman pada alur cerita dan membangun emosi yang kuat.

Film ini dapat dibagi ke dalam dua bagian cerita besar. Bagian pertama adalah pengenalan karakter, di mana Joko Anwar menggambarkan detail perjalanan hidup Sita dan Adil serta tragedi yang mereka alami. Penonton diajak untuk memahami latar belakang emosional dan mental dari karakter-karakter ini, yang akhirnya menuntun mereka pada keputusan ekstrem yang diambil oleh Sita. Bagian kedua berfokus pada kengerian yang lahir dari pertanyaan Sita mengenai siksa kubur. Sita masuk ke dalam kubur, berbaring di sisi orang paling berdosa, dan menemui beragam konsekuensi atas sikap skeptisnya tentang siksa kubur.

Salah satu faktor yang membuat pesan agamis dari film ini berhasil tersampaikan dengan baik adalah berkat kengerian adegan siksa kubur yang dihadirkan. Meski adegan tersebut tidak berlangsung lama, adegan siksa kubur yang ditampilkan dalam film ini sukses bikin ngeri, atau bahkan membuat penonton ingin tobat sekalipun. Penggambaran momen penyiksaan tersebut sesuai dengan apa yang ada di Al-Qur'an dan hadis, menciptakan suasana yang mencekam dan mendalam. Selain adegan siksa kubur, film ini juga berhasil menjalankan fungsinya sebagai sebuah film horor dengan adegan intens khas film horor serta jump scare yang efektif dan mengejutkan.

Film ini tidak hanya menyajikan kengerian, tetapi juga memberikan pesan yang mendalam tentang rasa syukur dan kemanusiaan. Sita yang awalnya skeptis terhadap agama dan siksa kubur akhirnya menemukan pemahaman yang lebih dalam tentang kepercayaan dan dosa. Melalui perjalanan spiritual yang menakutkan dan emosional, dia menyadari bahwa keyakinan dan moralitas memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Film ini mengajarkan bahwa dalam keragaman terdapat kekuatan besar yang bisa menyatukan, dan bahwa toleransi bukan hanya tentang memahami, tetapi juga tentang merasakan dan menghargai perbedaan dengan sepenuh hati.

Selain itu, Siksa Kubur juga mengeksplorasi tema-tema seperti penebusan, pengampunan, dan pencarian makna dalam hidup. Karakter Sita dan Adil menjadi simbol bagi banyak orang yang pernah meragukan iman mereka atau menghadapi krisis eksistensial. Film ini memberikan ruang bagi penonton untuk merenungkan pertanyaan-pertanyaan besar tentang kehidupan dan kematian, serta bagaimana manusia menghadapi ketakutan terdalam mereka.

Kesimpulannya, Siksa Kubur adalah film horor yang tidak hanya mengejutkan dengan kengerian visualnya, tetapi juga memberikan refleksi mendalam tentang agama, dosa, dan siksa kubur. Dengan penceritaan yang multitafsir dan pengembangan karakter yang detail, film ini berhasil membuka ruang diskusi yang istimewa tentang topik-topik yang sering kali diabaikan. Film ini mengajarkan bahwa kemanusiaan dan persaudaraan adalah hal yang harus dijaga dan dikedepankan dalam setiap interaksi, menjadikan dunia tempat yang lebih baik untuk semua.

Joko Anwar, melalui Siksa Kubur, telah menciptakan sebuah karya yang tidak hanya memikat penonton dengan elemen horor yang kuat, tetapi juga memprovokasi pemikiran dan perasaan yang mendalam. Film ini adalah bukti bahwa horor dapat menjadi medium yang kuat untuk eksplorasi spiritual dan moral. Siksa Kubur mengingatkan kita bahwa pada akhirnya, pertanyaan tentang kehidupan setelah kematian bukan hanya soal takut atau tidak takut, tetapi lebih tentang bagaimana kita hidup dan menghargai kehidupan kita saat ini.

Dengan demikian, Siksa Kubur bukan hanya sebuah film horor biasa. Ini adalah perjalanan emosional dan spiritual yang menantang penonton untuk melihat lebih dalam ke dalam diri mereka sendiri dan mempertanyakan keyakinan mereka. Film ini adalah contoh sempurna bagaimana cerita yang bagus dan penceritaan yang kuat dapat bersatu untuk menciptakan pengalaman menonton yang luar biasa dan bermakna.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline