Lihat ke Halaman Asli

Edward Mario Warus

S1 Unika Atma Jaya Jakarta

Kalung Anti Corona Kementerian Pertanian

Diperbarui: 15 Juli 2020   19:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pada beberapa hari yang lalu, Kementerian Pertanian (Kementan) meluncurkan inovasi produk antivirus dalam berbagai bentuk mulai dari aksesoris hingga produk kesehatan yang digadang-gadang bisa membunuh virus Covid-19 bila digunakanan. 

Produk aromaterapi berbasis eucalyptus ini dibuat oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) yang sudah dilakukan hak paten. Hal ini tentu saja mengagetkan masyarakat, terlebih selama masa pandemi ini Kementan jauh dari sorotan media massa. Produk ini pun menuai beragam reaksi di masyarakat apalagi dari pihak farmasi sendiri.


Pada Jumat, 3 Juli kemarin, Syahrul Yasin Limpo selaku Menteri Pertanian dalam kunjungannya ke Kementerian PUPR memberikan informasi yang mengejutkan kepada awak media bahwa Kementan telah berhasil menciptakan produk antivirus Covid-19. 

Syahrul mengatakan bahwa Balitbangtan di bawah Kementan telah berhasil menciptakan produk antivirus Covid-19 yang ampuh dalam mencegah penyebaran virus Covid-19 di masyarakat. Salah satu produk yang digembar-gemborkan oleh Syahrul adalah kalung bernama "Anti Virus Corona Eucalyptus".


Selain kalung inhaler, ada juga, roll on, salep, balsem, dan diffuser yang diciptakan oleh Balitbangtan dengan menggunakan bahan dasar tanaman Eucalyptus atau yang lebih dikenal olahannya menjadi minyak kayu putih. Balitbangtan meneliti bahwa tanaman Eucalyptus mampu membunuh 80 sampai 100 persen virus mulai dari avian influenza hingga virus Covid-19 ini. Kepala Balai Besar Penelitian Veteriner Kementerian Pertanian, Indi Dharmayanti menegaskan bahwa produk aromaterapi yang terdiri dari 5 varian ini nantinya bisa dibeli oleh masyarakat ketika sudah dipasarkan.


Kementan berniat dalam waktu kurang dari 1 bulan, produk ini sudah bisa digunakan oleh masyarakat luas. Kementan sebelumnya sudah menggandeng PT Eagle Indo Pharma untuk bekerja sama dalam bidang produksi dan distribusi secara massal. Indi juga menambahkan bahwa produk ini nantinya efektif digunakan setiap hari. Menurutnya, dengan penggunaan 5 sampai 15 menit, inhalasi akan efektif bekerja sampai ke alveolus. Konsentrasi 1 persen bisa membunuh virus 80 sampai 100 persen.


Kepala Balitbangtan, Fadjry Djufry mengatakan minyak atsiri eucalyptus citridora bisa menjadi antivirus terhadap virus avian influenza (flu burung) subtipe H5N1, gammacorona virus, dan betacoronavirus. Penemuan tersebut disimpulkan melalui uji molecular docking dan uji in vitro di Laboraturium Balitbangtan. Ia menjelaskan laboraturium tempat penelitian eucalyptus telah mengantongi sertifikat level keselamatan biologi atau biosafety level 3 (BSL 3) milik Balai Besar Penelitian Veteriner.


Namun Fadjry menjelaskan bahwa produk buatan Kementan ini bukanlah obat atau vaksin bagi virus Covid-19, melainkan produk yang dapat digunakan masyarakat sebagai bentuk pencegahan penyebaran Covid-19. Produk aromaterapi ini setidaknya membantu masyarakat untuk dapat kembali beraktivitas tanpa ada rasa takut karena produk ini sudah lakukan uji efektivitas dan sudah mendapat hak paten untuk diproduksi. Apalagi menurutnya, minyak eucalyptus ini sebenarnya sudah tidak asing lagi di masyarakat dan memiliki banyak manfaat bagi tubuh kita.


Meski begitu, Guru Besar Fakutas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Suwijiyo Pramono mengatakan eucalyptus bukan untuk digunakan sebagai obat dalam. Pemakaian eucalyptus umumnya dioleskan atau dihirup seperti pada produk minyak kayu putih atau balsem. 

Ia tidak memungkiri kalau eucalyptus bermanfaat bagi pasien Covid-19 lebih tepatnya, zat aktif pada eucalyptus yang dihirup berpotensi melegakan pernapasan mereka yang mengalami gejala sesak napas dan mengencerkan dahak. 

Ia juga mengatakan kalau dalam riset terdahulu eucalyptus memang diketahui dapat membunuh virus influenza dan Corona. Tetapi ia menegaskan virus Corona yang dimaksud bukanlah SARS-CoV-2 alias Covid-19 karena ini virus baru, melainkan virus gammacorona dan betacorona yang ada dalam virus SARS dulu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline