Lihat ke Halaman Asli

Antologi Puisi Karya Edward Imanuel Sandehang

Diperbarui: 23 Desember 2022   15:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

2013

Aku memandang sekilas
Pada tiap daun gugur yang meranggas
Pada tiap tiang lampu jalanan yang terlepas
Pada setiap melodi nyaring yang melampaui batas

Bagiku kau tak samar namun jelas
Bayangmu hadir mengangkasa dengan lepas
Dan aku masih disini melihatmu terbang bebas

Hatiku tak lagi seperti burung yang terbang bebas
Tak juga megah seperti lautan lepas

Aku takut
Sebagian dinding hatiku ingin menciut
Mengerucut
Memandangi sabda yang pernah kau ucap
Bahwa pertemuan adalah pintu untuk kehilangan dan lenyap

Asa

Aku tak mengenal senja sore hari
Tapi aku mengenal embun di pagi hari
Liriknya masih sama
Hanya mencari nada-nada yg menghilang entah kemana

Buatku kamu masih tersembunyi
Diantara bait-bait yang ku cermati
Atau mungkin lirik-lirik yang telah kulalui

Bersamamu bagai mengakhiri sebuah lagu
Selalu tersisa nada sambung
Namun tak berujung

Takdir

Aku menunggu datangnya malam
Pekat menenggelamkanku dalam kelam

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline