Lihat ke Halaman Asli

Edu Makung

Masih mahasiswa

Perihal Ditinggalkan

Diperbarui: 3 Maret 2023   13:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Meninggalakn dan ditinggalkan ialah hal yang paling menyakitkan. Meninggalkan yang aku yang kian bersamamu. Lantas engkau pergi meninggalkan sejuta gundah dalam diriku. Aku ditinggalkan untuk menanggung rindu. Akupun tak pandai melarangmu. Mungkin ini hal terbaik bagimu dan masa depanmu. Barangkali benar yang orang bilang menjalin hubungan itu butuh pertanggung jawaban. Dan aku rasa selama ini semuanya berlangsung baik. Dan mungkin kita yang kurang dewasa dalam menjalin hubungan ini. Bukan berarti kita berusaha menghindari diri dari masalah yang ada. 

       Engkau sendiri pernah berjanji untuk menetap dalam dekapanku. Akupun tak mengelak dari janjimu. Justru itu adalah hal yang ku inginkan. Tapi ternyata engkau menetap hanya untuk menatap kekurangan dalam diriku. Engkau merajut karena sejuta kekuranagnku.Dan engkau malah memilih pergi dan meninggalkan sejuta kenangan dan membuat luka dibalut rindu. Engkau meninggalkanku yang adalah pria yang berjuang mati-matian untukmu. Engkau pergi tanpa memikirkanku, memikirkan perasaanku. 

        Engkau tak pernah berpikir bahwa mungkin kekuranagn dalam diriku adalah semata-mata hanya untuk menutupui diri terhadap wanita lain. Aku sadar engkaupun memiliki kekurangan. Dan mungkin kekuranganmu adalah suatu kelebihan yang ada dalam diriku. Barang kali benar yang orang bilang bahwa hidup adalah kumpulan kejutaan. Semisal yang aku alami sekarang. Engkau mungkin menerima kejutaan yang bahagia. Tapi aku, aku dikejutkan dengan kejutaan yang menyakitkan. Kepergianmu adalah hal yang menyakitkan bagiku. Tapi kini aku sadar bahwa cinta tidak selamanya dibalas dengan cinta. Mungkin engkau beranggapan bahwa aku dan cintaku padamu tidaklah penting. Tapi satu hal yang harus engkau tahu bahwa tidak semua orang yang kau anggap penting bisa membalas dengan mementingkan dirimu. 

        Kepergianmu memang menoreh luka dalam diriku. Tapi bukan menutupi kemungkinan bahwa perjalanan hidupku bergantung pada dirimu. Kepergianmu tentu demi kepentinganmu. Tapi pergilah membawa serta setpihan kenangan yang pernah membuatku jatuh padamu. Bawalah itu kemanapun engkau pergi. Karena kenangan itu tak lagi ku butuh. Dan aku sadar bahwa kepergianmu adalah jalan terbaik untukku dan untuk masa depanku. Masa depanku jauh lebih penting dari kehadiranmu, yang hanya singgah dan berpura-pura untuk menetap. 

        Jiwa dan ragamu yang pergi meninggalkanku telah kuiklaskan. Tapi mengiklaskan kenangan yang pernah kita lalu bersama sangat sulit bagiku. Semuanya butuh waktu. Barang kali benar keheningan dan kesunyian malam adalah waktu yang tepat untuk menenangkan diri. Perlahan aku berusaha untuk terus belajar dari jam. Bahwa dia tetap berjalan dan mengiklaskan detik dan menit yang telah berlalu. Sekarang aku mulai melangkah dengan seorang diri demi masa depan hidupku. Walaupun itu sulit bagiku. Dan terkadang benar yang orang katakan Daun yang jatuh tak pernah membenci angin yang meniupinya. Akhirnya aku berharap semoga apa yang pernah kau lakukan terhadapku tidak akan terjadi pada lelaki lain. Karena laki- laki ada dan diciptakan bukan untuk disakiti. 

                Edu Makung  

       

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline