Bioteknologi telah membawa perubahan revolusioner dalam berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk cara kita memproduksi pangan. Dari rekayasa genetika hingga kultur jaringan, teknologi ini memungkinkan terciptanya solusi inovatif untuk tantangan global, seperti krisis pangan dan perubahan iklim. Salah satu inovasi paling menjanjikan adalah Cultured meat, daging yang dihasilkan melalui kultur sel di laboratorium. Dengan mengurangi ketergantungan pada peternakan intensif, teknologi ini membantu mengatasi keterbatasan lahan, air, dan energi, yang selama ini menjadi tantangan dalam memenuhi kebutuhan pangan global. Bioteknologi memberikan harapan baru untuk menciptakan sistem pangan yang lebih tangguh dan inklusif. Dalam penelitian (Gursel et al., 2022) dijelaskan bahwa salah satu peran utama bioteknologi adalah menciptakan medium kultur sel yang optimal. Bioteknologi juga memungkinkan pengendalian penuh terhadap kualitas daging yang dihasilkan. Kandungan protein, lemak, dan nutrisi lainnya dapat disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan konsumen sekaligus menjaga standar kesehatan.
- Sisi Etika dan Keberlanjutan Lingkungan Terkait Produk Cultured Meat
Produksi cultured meat membawa dampak besar dalam hal keberlanjutan dan etika. Proses ini mengurangi penggunaan lahan hingga 90% dan emisi gas rumah kaca hingga 78-96%, seperti yang dilaporkan oleh (Lynch & Pierrehumbert, 2019). Penelitian menunjukkan bahwa produksi daging yang dikultur dapat memerlukan lebih sedikit sumber daya dibandingkan dengan peternakan tradisional, yang dapat membantu mengurangi tekanan pada lingkungan terutama di negara dengan tingkat deforestasi tinggi seperti Indonesia (Melzener et al., 2022). Dari perspektif bioetika, daging yang dikultur dapat dianggap sebagai solusi untuk masalah kesejahteraan hewan. Dengan memproduksi daging tanpa perlu membunuh hewan, teknologi ini berpotensi mengurangi penderitaan hewan dan memberikan alternatif bagi konsumen yang peduli terhadap isu-isu etis tersebut (Shaw & Mac Con Iomaire, 2019); (Bryant & Dillard, 2019). Dari sudut pandang keberlanjutan lingkungan, daging yang dikultur memiliki potensi untuk mengurangi dampak negatif yang terkait dengan produksi daging konvensional, seperti emisi gas rumah kaca, penggunaan lahan, dan konsumsi air (Tuomisto & Teixeira De Mattos, 2011). Misalnya, cultured meat dapat mengurangi polusi air dan penggunaan pestisida yang sering terkait dengan pertanian pakan ternak (Szejda et al., 2021). Menurut Tuomisto dan Mattos (2011), teknologi ini juga berpotensi besar untuk wilayah dengan sumber daya terbatas atau yang terdampak perubahan iklim. Karena tidak bergantung pada cuaca, pasokan air, atau kesehatan hewan, cultured meat mampu memberikan pasokan pangan yang stabil. Bahkan, emisi gas rumah kaca seperti metana dari ternak, yang menjadi salah satu penyebab utama perubahan iklim, dapat ditekan secara drastis. - Bagaimana Cultured Meat meningkatkan ketahanan pangan dan distribusinya di negara berkembang?
Indonesia sebagai negara berkembang, produksi cultured meat dapat berkontribusi signifikan terhadap ketahanan pangan melalui beberapa cara:
1. Efisiensi Produksi: Proses produksi cultured meat tidak memerlukan lahan pertanian yang luas atau sumber daya pendukung yang banyak sehingga berpotensi meningkatkan ketersediaan protein hewani tanpa membebani lingkungan.
2. Keamanan Pangan: Lingkungan produksi yang steril mengurangi risiko kontaminasi patogen dan penggunaan antibiotik, sehingga menghasilkan produk yang lebih aman untuk dikonsumsi.
3. Aksesibilitas: Dengan skala produksi yang tepat, cultured meat dapat diproduksi secara lokal untuk mengurangi ketergantungan pada daging impor yang sejalan dengan upaya diversifikasi sumber pangan untuk mencapai ketahanan pangan yang berkelanjutan.Selain itu, cultured meat dapat diproduksi di lokasi yang dekat dengan konsumen, sehingga memangkas biaya transportasi jarak jauh sekaligus mengurangi emisi karbon. Distribusi pangan pun menjadi lebih cepat, efisien, dan ramah lingkungan. Menurut sebuah artikel di (Qotadah et al., 2022), konsumsi daging berkaitan dengan penurunan angka stunting pada anak-anak. Dengan menyediakan sumber protein yang terjangkau dan berkualitas melalui cultured meat, negara berkembang dapat meningkatkan status gizi dan kesehatan penduduknya dengan efektif.
Cultured Meat dalam pengembangan pangan dengan kandungan gizi yang lebih tinggi
Tidak hanya ramah lingkungan, cultured meat juga unggul dalam aspek nutrisi. Menurut artikel (Sutakwa, 2021), teknologi ini dapat mengurangi kandungan lemak jenuh dan meningkatkan asam lemak tak jenuh, seperti omega-3, yang bermanfaat bagi kesehatan kardiovaskular. Selain itu, karena diproduksi dalam lingkungan yang terkontrol, cultured meat dapat diperkaya dengan vitamin dan mineral tertentu, sehingga menghasilkan produk dengan profil gizi yang lebih baik dibandingkan daging konvensional. Penelitian (Post, 2012) menunjukkan bahwa kandungan gizi cultured meat dapat disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan spesifik populasi tertentu, seperti meningkatkan zat besi dan vitamin B12 yang sering kekurangan di negara berkembang.Keamanan pangan dan Kontrol kontaminasi dalam proses produksi Cultured Meat
Salah satu keunggulan signifikan cultured meat adalah tingkat keamanannya. Proses produksinya dilakukan di lingkungan laboratorium yang sangat terkendali, menggunakan bioreaktor steril untuk membesarkan sel-sel otot hewan. Dengan pengendalian sanitasi yang ketat, risiko kontaminasi oleh patogen seperti Salmonella dan E. coli dapat diminimalkan secara signifikan. Proses ini juga mengurangi ancaman bahaya biologis, kimia, dan fisik yang sering terjadi dalam produksi daging konvensional. Keuntungan lainnya adalah produksi cultured meat tidak memerlukan penggunaan antibiotik seperti dalam daging konvensional hasil peternakan. Antibiotik tersebut dapat meninggalkan residu berbahaya pada produk akhir dan memicu resistensi antibiotik pada manusia. Dalam lingkungan laboratorium yang steril, kebutuhan antibiotik dapat dihilangkan, meningkatkan keamanan produk dan mengurangi risiko kesehatan masyarakat (Specht, 2019).- Teknik Rekayasa Genetika dalam menghasilkan Cultured Meat
Lantas, bagaimana ya rekayasa genetika dapat menghasilkan Cultured-meat? Prosedur dasar untuk memproduksi daging yang dikultur melibatkan beberapa langkah kunci. Pertama, sel satelit otot diisolasi dari jaringan otot hewan menggunakan proses pencernaan enzimatik, yang melibatkan penggunaan protease, kolagenase, dan pronase. Sel-sel hewan tersebut akan tumbuh dengan cepat di dalam bioreaktor yang selanjutnya sel-sel ini dikultur dalam media pertumbuhan yang kaya nutrisi menghasilkan daging dengan tekstur, rasa, dan kandungan nutrisi yang menyerupai daging asli (Lee et al., 2021). Kendala dan Tantangan dalam Implementasi Cultured Meat di kalangan masyarakat awam Indonesia
Meski menjanjikan, penerapan cultured meat di Indonesia menghadapi berbagai tantangannya tersendiri. Berdasarkan penelitian, sekitar 61% responden di Indonesia tidak yakin bahwa cultured meat aman dikonsumsi. Oleh karena itu, diperlukan kampanye edukasi yang intensif untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat awam mengenai manfaat serta potensi cultured meat dalam menyediakan sumber protein alternatif yang berkelanjutan. Isu halal juga menjadi tantangan besar di Indonesia, sehingga sertifikasi halal dari lembaga agama resmi sangat diperlukan untuk memberikan legitimasi kepada produk ini.KESIMPULAN
Cultured-meat merupakan inovasi bioteknologi yang menawarkan solusi berkelanjutan untuk tantangan pasokan pangan dunia. Dengan efisiensi produksi yang tinggi, profil nutrisi yang dapat disesuaikan, dan dampak lingkungan yang jauh lebih rendah daripada peternakan tradisional, teknologi ini memiliki potensi yang cukup besar untuk meningkatkan ketahanan pangan, terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Selain itu, tingkat keamanan kesehatan yang tinggi dan pendekatan etis terhadap kesejahteraan hewan menjadikan cultured-meat sebagai alternatif yang menjanjikan untuk masa depan. Meskipun masih menghadapi tantangan seperti penerimaan masyarakat dan sertifikasi halal, upaya edukasi dan kebijakan yang tepat mendukung implementasi teknologi ini secara luas. Cultured-meat merupakan langkah nyata menuju masa depan pangan yang lebih tangguh, inklusif, dan berkelanjutan.Tim Penulis : Aulia Nur Sabila, Nafita Izzatul Ulya, Nasywa Destria M, Syifa Nur Azizah
Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sunan Gunung Djati BandungSumber:
Anang, D., & Fuseini, A. (2023). Production of cultured meat: challenges and opportunities (pp. 285–310). https://doi.org/10.1016/B978-0-323-91739-1.00014-3