Ibarat lomba lari hari ini kita sudah menjelang garis finis, layaknya seorang pelari professional untuk mencapai garis finis yang sudah didepan mata, tentu bersemangat mengumpulkan segenap kemampuan untuk segera sampai digaris finis.
Itulah ramadhan, ibarat perlombaan akan segara berakhir, dan akan segera keluar siapa pemenangnya.
Ramadhan adalah tamu yang mulia dan jamuan yang berikan hanya untuk orang beriman. Layaknya tamu ramadhan telah kita jamu dengan baik, karena dalam Islam memuliakan tamu adalah perintah dan dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Ramadhan hadir menyapa kita saat pandemi covid-19 berlangsung, tentu saja mewabahnya virus corona turut mempengaruhi kualitas layanan kita pada "tamu" ramadhan, jika tahun-tahun sebelumnya kita sambut "tamu" ramadhan dengan kemeriahan dan suka cita, masjid, mushola dan langgar serta surau dari kota hingga plosok, begitu maraknya, tahun ini berbalik 180 derajat.
Masjid, mushola, langgar dan surau sepi karena mengikuti anjuran pemerintah dan fatwa majelis ulama Indonesia (MUI) untuk meniadakan aktivitas sholat berjamaah dalam rangka turut mencegah penularan pandemi covid-19.
Ramadhan tahun ini terasa begitu hampa dan sepi, saat tamu istimewa datang kita tidak bisa menjamu dengan maksimal, padahal bisa jadi tamu istimewa "ramadhan" ini datang kepada kita untuk yang terakhir kalinya.
Ramadhanlah yang membuat kita termotivasi untuk beribadah maksimal dan mengubah kebiasaan buruk menjadi baik, dia pula yang membuat kita bersemangat menghidupkan malam untuk mendekatkan diri kepada yang khalik saat orang lain tertidur pulas.
Ramadhan pula yang mengajarkan kita berbagi dan peduli sesama, saat siang hari dan kita sedang menjalankan ibadah puasa, ada rasa haus dan lapar yang menerpa, saat itulah kita belajar betapa tidak enaknya hidup dalam suasana kelaparan karena tiadanya makannya.
Ramadhan mendidik kita untuk berlaku jujur, karena kejujuran adalah cerminan orang yang beriman dan bertakwa, dalam kehidupan berbangsa dan bernegarapun kejujuran sangat diperlukan, betapa tidak, jika para aparat pemerintah dari tingkat atas sampai daerah, mampu mempraktekan sikap jujur dalam menjalankan amanah, tentu tidak akan ada lagi perilaku korupsi.
Ramadhan adalah kurikulum pendidikan jiwa spiritualitas terbaik sepanjang zaman, karena ia didatangkan oleh Sang Penguasa Alam. Maka, harapan dari Sang Khalik pemberi mandat untuk menjalankan ibadah puasa, menjadi orang yang tertakwa (memiliki kualitas iman yang teguh).
Ramadhan telah menyemangati kita untuk optimis menjalani kehidupan ditengah goncangan badai kehidupan, saat wabah pandemi covid-19 melanda warga dunia termasuk Indonesia, kita harus tetap optimis dan yakin bahwa semua musibah yang menimpa manusia telah ada catatanya di sisi Allah SWT, sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur'an Surat Al-Hadid (57:22), yang artinya: "Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam kita (Lauh Mahfuz) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh,yang demikian itu mudah bagi Allah" (QS. 57:22).