Lihat ke Halaman Asli

Eduardus Fromotius Lebe

TERVERIFIKASI

Penulis dan Konsultan Skripsi

Kobe Die Rie

Diperbarui: 7 November 2021   21:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Para sesepuh Kampung Menge (sumber: dokumen pribadi)

Oleh. Eduardus Fromotius Lebe

"Kobe die rie" merupakan salah satu rangkaian adat berburu di desa Mengeruda. Setiap tahun di sekitar bulan Oktober-November akan diadakan ritual adat berburu. Tradisi yang turun temurun dilakukan. Tradisi berburu sangat berbeda dengan "hobi berburu".

Tradisi berburu atau oleh warga desa Mengeruda disebut dengan "to'a lako". Merupakan tradisi turun temurun untuk berburu babi hutan dan rusa. Tradisi ini menjujung tinggi nilai-nilai Kearifan Lokal. Seperti melestarikan alam agar binatang buruan dapat berkembang biak. Sehingga pada saat berburu atau "to'a lako" masyarakat tidak akan kekurangan hasil buruan.

Tradisi berburu tidak dilakukan sepanjang tahun atau seturut hobi berburu. Ini dilakukan hanya satu kali dalam setahun untuk menjaga agar binatang buruan tidak punah. Sebelum dan sesudah acara "to'a lako" masyarakat diwajibkan untuk menjaga alam agar tempat tinggal binatang buruan tetap terlindungi.

Setelah melakukan ritual adat "to'a lako" selama dua hari, masyarkat yang ikut berburu kembali ke kampung. Hasil buruan ditampung di suatu tempat yang bernama "loka" (teman makan dan minum moke). Biasanya "loka" berada diluar kampung. 

Selesai makan malam, masyarakat mengikuti ritual adat yang bernama "die rie". Seperti nyanyi berbalas pantun dengan tarian khas daerah. Selengkapnya dapat dilihat dari beberapa video berikut:

Video pertama


Video Kedua


Video ketiga


Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline