Lihat ke Halaman Asli

Eduardus Fromotius Lebe

TERVERIFIKASI

Penulis dan Konsultan Skripsi

Mencintai Peran Guru melalui Kritikan, Salahkah?

Diperbarui: 28 Oktober 2021   11:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi guru | envato elements/twenty20photos

Pembaca Kompasiana yang Budiman, beberapa tulisan saya mengangkat tema tentang guru. Di beberapa tulisan tersebut, saya menyampaikan pujian dan juga kritikan kepada para guru. 

Ada yang menyambut baik tulisan tersebut ada pula yang mungkin tidak setuju dengan tulisan saya. Pada dasar saya dan anda sekalian sepakat bahwa guru adalah pekerjaan yang mulia yang tidak bisa digantikan oleh peran apa pun.

Sebagai salah komponen penting dalam mempersiapkan generasi penerus bangsa, sudah selayaknya guru mendapatkan kehormatan dari masyarakat. Segenap hati dan pikiran kita, memberikan apresiasi kepada kinerja guru-guru yang mencerdaskan anak bangsa. Termasuk dalam hal memberikan masukan serta evaluasi manakala dianggap perlu.

Kemerdekaan guru dalam hal mengajar seperti menentukan strategi mengajar, melakukan evaluasi pembelajaran adalah mutlak untuk kita hormati.

Namun perlu diingat, profesi guru bukan profesi yang bersifat eksklusif (tertutup) sehingga luput dari perhatian publik. Guru tetap lah manusia yang tentu membutuhkan masukan ataupun kritik dari berbagai pihak.

Sebagai manusia biasa guru tidak luput dari kekhilafan. Oleh karena itu, selain dikontrol oleh mekanisme serta aturan baku di lembaga pendidikan, kinerja guru juga harus dikontrol dari publik. Sehingga pola kerja sama (support system) dari masyarakat dan lembaga pendidikan tetap terjaga.

Mekanisme kontrol yang baik dari publik sebagai alarm bahwa lembaga pendidikan adalah milik publik. Apa pun sekolah nya baik swasta maupun negeri tetap harus dikontrol secara baik. Jika tidak, maka lembaga pendidikan akan menjadi lembaga yang tertutup dan sulit berkembang.

Kritikan adalah Suplemen bagi Guru

Kritikan merupakan suplemen bagi guru. Kritikan disampaikan untuk mengingatkan para guru bahwa peran mereka sangat mulia. Harapan generasi emas (golden generation) Indonesia ada pundak mereka. 

Jika peran yang begitu mendominasi dalam menyiapkan generasi emas Indonesia tidak lakukan dengan baik benar, maka sia-sia lah gelar pahlawan tanpa tanda jasa disematkan pada guru.

Mendapatkan kritikan sama halnya memperoleh prespektif baru bagi guru. Prespektif baru bagi pengetahuan guru sehingga lebih baik dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik. Apalagi yang memberikan kritikan tersebut adalah orang-orang yang kompeten di pendidikan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline