Lihat ke Halaman Asli

Eduardus Fromotius Lebe

TERVERIFIKASI

Penulis dan Konsultan Skripsi

Kabut Pilu

Diperbarui: 6 Oktober 2021   23:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Kabut Pilu (sumber: Republika.co.id)

Oleh. Eduardus Fromotius Lebe

Titik waktu penuh drama, awal baik untuk sebuah cerita, alur berubah tak sesuai harapan, impian itu ternyata tak bermakna, yang tergadai oleh rayuan manis tanpa sela. Ini Pilu tanpa luka.

Dari Nalar yang terkoyak sampai jiwa yang rapuh,  semu bagai fatamorgana. Menawar madu, memberi Tuba, agar lenyap dahaga dunia. Mungkin begitu hakikatnya, namun Nurani tak harus digadai.

Ini bukan kutukan, Ini hanya teguran. Duri menancap, suara mencekik, cacian datang silih berganti. Tak ada lagi simpati apa lagi empati, bersorak penuh dengki, meratap penuh kebahagiaan.

Ini bukan dunia sesungguhnya. Ini imajinasi sekelompok manusia.  Intrik penuh taktik, nestapa tanpa batas. Pasrah dalam dalam Doa, berharap sang Pemilik Hidup menjawab. Ini sepenggal kisah sang musafir kehidupan.

Masih adakah harapan? Semoga saja tak ada lagi kabut. Agar setiap insan menyaksikan birunya langit. Menyambut  rembulan, menanti sang mentari, itulah asa yang yang di nanti. Semoga sang kuasa merestui. Amin

Mengeruda, 7 Oktober 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline