Oleh:Edy M. Sahal M. (1412333024)
Mahasiswa Prodi DKV Reguler ISI Yogyakarta
Bismillahirrahmanirrahim...
Perkembangan global yang bergerak linier menjadi tantangan tersendiri bagi PTAIN (perguruan tinggi agama Islam negeri) di indonesia. Globalisasi dan perkembangan tantangan zaman memaksa merubah konservatifitas menjadi satu hal yang progresif. Konservatifitas pendidikan agama islam memang tak lepas dari sejarah pendirian PTAI sebagai pusat keilmuan perguruan tinggi Islam di Indonesia. Sifat konservatif ini terlihat pada metode pengajarannya yang “agama-sentris” dimana kurikulum hanya berkutat pada masalah keagamaan daripada metode integrasi-interkoneksi. Tatkala zaman berubah maka diperlukan suatu model baru dalam pendidikan islam di negeri ini. Upaya menuju progresifitas inilah yang mendorong IAIN Alauddin Makassar bertransformasi menjadi UIN Alauddin Makassar.
Perubahan IAIN menjadi UIN yang fundamental ini bisa dikatakan tidak hanya suatu reformasi melainkan transformasi yang progresif. Menurut Lawrence M. Miller, ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan transformasi yakni: perubahan lingkungan ekstern seperti ketentuan yang berlaku, teknologi, dan ekonomi; organisasi sebagai sebuah sistem yang besar; setiap subsistem harus paralel. Upaya perubahan-perubahan ini tentunya dibarengi dengan upaya rebrandinginstitusi secara keseluruhan dan salah satunya dengan transformasi logo. Menurut Prof. Drs. Yongky Safanayong,
ada beberapa pertimbangan dalam meredesain sebuah logo yaitu: Meluncurkan sebuah organisasi baru, mergeratau akuisisi, diversifikasi, re-positioning,mengadakan perubahan corporate culture,pengembangan internasional. Istilah logo sendiri berasal dari logotypekarena pada awalnya logo hanya berisi elemen tulisan saja, logo sendiri menurut Design Institute of Australia adalah sebuah simbol atau gambar pengidentifikasi perusahaan tanpa kehadiran nama perusahaan. Penulisan nama perusahaan biasanya disebut logotype.
Bertepatan dengan milad ke-50, UIN Alauddin Makassar meluncurkan logo baru bertepatan di hari Rabu 11/11/2015 dan penggunaan resmi logo pada bulan Januari 2016. Logo baru ini merupakan hasil dari sayembara yang telah terseleksi 10 logo dan dipilih 1 logo yang mendapatkan penilaian terbaik hasil karya dari Atmoko Putra Pratama, mahasiswa pendidikan otomotif, Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Logo baru ini menggantikan logo lama yang memiliki bentuk yang familiar dengan institusi-institusi resmi lainnya, yaitu memiliki lima sudut.
Unsur lima sudut ini sebenarnya merupakan kewajiban pada suatu periode pemerintahan, dimana institusi resmi harus menggunakan unsur lima sudut ini. Maka jika kita lihat, banyak sekali logo-logo dari masa lalu yang memiliki bentuk monoton. Sudut segi lima sendiri merupakan bagian dari penggambaran suatu ideologi dalam hal ini adalah Pancasila. Pancasila dianggap sebagai sesuatu yang keramat, dan ada kecenderungan untuk mengkultuskan angka 5, yang apabila kaitannya di cari-cari atau dikaitkan dengan kepercayaan atau agama, memang banyak hal-hal yang berkaitan dengan angka 5, yang paling dekat adalah jumlah jari pada tangan manusia normal adalah 5.
Perubahan logo UIN Alauddin secara kasat mata bisa dikatakan ekstrem, karena unsur-unsur dari logo lama terlihat ditinggalkan. Konsep modernitas yang diusung seolah mendistorsi bentuk aslinya. Konsep yang dimiliki logo baru sebenarnya sama dengan konsep logo lama seperti adanya ikon buku, kapal pinisi, juga warna hijau yang dipertahankan. Konsep dari logo baru ini menurut Atmoko Putra Pratama disesuaikan dengan visi dari UIN Alauddin sendiri yaitu sebagai pusat pencerahan dan transformasi IPTEKS berbasis peradaban Islam dan juga motto UIN Alauddin Makassar dikenal dengan istilah 3P; Pencerdasan, Pencerahan, dan Prestasi.
Ada beberapa poin disini berkaitan dengan konsep logo baru UIN Alauddin Makassar yaitu: (a.)Kubah dan Pintu Masjid, menggambarkan UIN Alauddin Makassar sebagai wadah penerapan dan pengembangan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang berbasis pada ajaran Islam. Pintu Masjid menggambarkan UIN Alauddin Makassar sebagai pintu gerbang pembangunan manusia muslim yang berakhlak mulia dan berpegang teguh pada kebenaran Islam; (b.)Perahu Pinisi tampak dari hadapan menggambarkan keberadaan UIN Alauddin Makassar di Wilayah Sulawesi Selatan dan keuletan serta kekokohan dalam perjalanan mengemban misi untuk mencapai tujuan UIN Alauddin Makassar;
(c.)Mata Pena menggambarkan UIN Alauddin Makassar sebagai pusat tranformasi dan pengembangan iptek yang berbasis pada prinsip dan universalitas Islam; (d.)Dua buku yang terintegrasi, yaitu buku berwarna hijau yang digambarkan sebagai al-Quran dan hadis serta buku berwarna putih yang digambarkan sebagai ilmu pengetahuan dan teknologi, melambangkan misi integrasi keilmuan yang diemban UIN Alauddin Makassar sebagai Kampus Peradaban; dan (e.)Mozaik Islam, melambangkan Pancasila sebagai dasar dan falsafah negara. Secara konsep memang tidak jauh dari logo lama kecuali tidak adanya kalimat “Allahu Akbar” seperti yang terdapat di logo lama.