Lihat ke Halaman Asli

Tidak Sanggup Berdiam diri

Diperbarui: 20 Juni 2015   04:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saya bukanlah anak seorang tentara,
saya bukanlah anak pejabat,
saya bukan pula aktivis partai,
saya hanya anak bangsa yang tidak ingin berdiam diri ketika negara diambang kemunduran,

saya adalah orang merdeka,
medeka dari seorang atasan,
merdeka dari aturan perusahaan,
merdeka menentukan nasib saya sendiri

dengan berdikari menghasilkan uang sendiri,
tanpa bantuan pegawai negeri,
tanpa bantuan luar negeri dan tanpa bantuan politisi.

Saya tidak sanggup untuk berdiam diri
ketika negara ini akan dikuasai oleh orang orang yang penyebar kebencian dan fitnah dengan atas nama HAM tetapi mereka tak berkaca diri.


Saya tidak sanggup untuk berdiam diri
Ketika ada pemimpin yang berjanji dihadapan rakyaktnya
untuk amanah namun ingkar janji,
tidak memiliki prinsip yang hakiki
dan hanya mengikuti kehendak hati
atas dorongan orang-orang yang iri hati.

Saya tidak sanggup untuk berdiam diri
Tatkala ada calon pemimpin dengan kapasitas mini
yang hanya bisa memikat hati
dengan tujuan memperoleh kekuasaan sejati.

Saya tidak sanggup untuk berdiam diri
Ketika pencitraan menjadi trendi dan tradisi untuk memenuhi obsesi.

Saya tidak sanggup untuk berdiam diri
Ketika ada pemimimpin dianggap seperti nabi yang bersih dan suci namun tak berbudi

Saya tidak sanggup untuk berdiam diri
ketika karya luar negeri diakui
untuk mencari sensasi

Saya tidak sanggup untuk berdiam diri
ketika takbir dikebiri
namun pesta pora dibiarkan menghiasi provinsi

Saya tidak sanggup untuk berdiam diri
Ketika ada orang tua menantang untuk mengadu ngaji,
karena yang pasti mengadu visi misi dan argumentasi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline