Setiap awal tahun, suku bangsa Batak terutama Batak Toba pada bulan awal tahun, entah di bulan Januari ataupun Februari atau Maret kerap menyelenggarakan perayaan atau syukuran atas kesempatan melewati tahun yang lama dan menapaki Tahun Baru kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Syukuran ini mirip seperti perayaan 1 Suro dalam budaya Jawa. Perayaan awal tahun Masehi dalam budaya Batak Toba dikenal dengan nama Bona Taon.
Bona Taon secara harafiah artinya pangkal tahun. Secara filosofi, bangsa Batak Toba mengartikannya syukuran kekeluargaan menapaki Tahun Baru.
Syukuran kekeluargaan bisa dari kumpulan satu marga misalnya Bona Taon Napitupulu Sieang se-Jabodetabek. Bisa juga syukuran kekeluargaan satu wilayah kelurahaan/kecamatan/kabupaten misalnya Bona Taon Parsahutaon Sunter Jaya. Bisa juga syukuran komunitas alumni pengikut Kristus yang alumni suatu departemen di suatu perguruan tinggi misalnya alumni Teknik Mesin Universitas Sumatera Utara bersuku bangsa Batak mengadakan syukuran dan kebaktian yang dikenal dengan Bona Taon Mesin Blessing Comunity (MBC).
Bona Taon merupakan ritual budaya yang sarat akan puji syukur atau kebaktian sepanjang acara kemudian diakhiri dengan perayaan makan bersama dan hiburan menjalin sekligus rasa kebersamaan dan kekeluargaan.
Dalam artian yang lebih luas, Bona Taon yang merupakan tiang kehidupan suku bangsa Batak Toba juga adalah bentuk nyata amalan asas kekeluargaan kepribadian bangsa Indonesia (Pancasila).
Kekeluargaan berasal dari kata dasar keluarga. Keluarga diambil dari bahasa Sansekerta "kulawarga" yang berarti ras, warga, atau anggota. Dari sinilah muncul definisi bahwa keluarga adalah suatu lingkup yang berisi sekelompok orang yang masih mempunyai hubungan darah.
Lebih jauhnya asas kekeluargaan dapat dimaknai sebagai suatu paham dimana sebuah hubungan yang dibentuk dalam sebuah kelompok yang seperti keluarga, memiliki ketergantungan satu sama lain dan bertujuan untuk menanamkan kebaikan sebagai sarana pemersatu anggota kelompok tersebut.
Asas kekeluargaan yang menjadi salah satu pondasi sila keempat Pancasila yaitu "Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan".Secara garis besar, pondasi asas kekeluargaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara bila diterapkan dalam kehidupan sehari-hari akan menjadi teknologi yang ampuh mencegah disintegrasi atau perpecahan yang menimbulkan konflik fisik atau pertikaian bahkan pertumpahan darah sesama warga masyarakat atau golongan di Indonesia. Tidak adanya kesadaran asas kekeluargaan melahirkan kekacauan dalam masyarakat seperti yang terjadi belakangan ini di berbagai daerah di Indonesia yang mengatas namakan golongan atau penganut paham tertentu.
Asas kekeluargaan yang digadangkan dalam Pancasila itu memiliki bentuk yang sangat positif dalam membangun peradaban bangsa Indonesia karena mengandung 5 (lima) kekuatan yaitu cinta dan kasih sayang, saling mencintai dan saling menyayangi, saling mengasihi dan melindungi kebersamaan dan kesamaan, persatuan dan kesatuan, dan bertanggung jawab.
Perwujudan dari asas kekeluargaan yang tinggi pada orang lain menimbulkan rasa keakraban seperti layaknya keluarga yang memiliki hubungan darah melampaui perbedaan yang ada.
Inilah nilai dasar yang menjadi cikal bakal terbentuknya sebuah komunitas maupun bona taon itu sendiri. Keduanya berpadu dengan baik dalam acara Bona Taon MBC yang sukses diselenggarakan di salah satu kediaman keluarga anggota MBC, Bang Helman Sembiring dan Bang Manerep Pasaribu yang berlokasi di Jalan Duta Permai IV, Pondok Indah, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan pada hari Sabtu yang lalu, 10 Februari 2018.