Lihat ke Halaman Asli

EDROL

Petualang Kehidupan Yang Suka Menulis dan Motret

Inilah 10 Keunikan Kasus Pembunuhan (Berencana) Mirna

Diperbarui: 7 Oktober 2016   20:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tersangka:Jessica Memeluk Saksi Kunci:Hani di depan korban: Mirna saat rekonstruksi (Sumber: News.Liputan6.com)

Tayangan persidangan kasus “Pembunuhan (Berencana) Mirna ”  kini menjadi sekonyong-konyong menjadi pengganti drama televisi yang kerap dikenal dengan nama sinema elektronik atau sinetron. Namun akan  sangat kentara sekali tidak manusiawinya  bila menganggap hilangnya nyawa seorang Mirna hanya drama belaka.  Menurut saya, stasiun televisi yang menayangkan persidangan semata-mata untuk mengawal jalannya persidangan sekaligus memberikan pengetahuan proses hukum sebuah kasus pidana pasal 340 yang unik.

Ada sekitar 10 (sepuluh) keunikannya kasus Pembunuhan (Berencana) Mirna kurang lebih sebagai berikut:

1. Kasus sejak awal cenderung  langsung diambil alih oleh petinggi reserse Polda Metro Jaya, indikasi bahwa kasus sudah menjadi perhatian publik dan membesar di media massa. Meskipun secara lokasi kejadian sepatutnya dalam kekuasaan Polsek  Metro Tanah Abang atau Polres Metro Jakarta Pusat. Berbeda dengan kasus pembunuhan berencana seperti Pembunuhan (Berencana) Ade Sara  tahun 2014 lalu yang sejak awal ditangani oleh Polresta Kota Bekasi dan mampu mengungkapnya kemudian dilimpahkan ke Polda Metro Jaya.

2. Jessica lolos uji tes kebohongan  yang dilaksanakan oleh pihak Kepolisian.  Bila demikian, dia menjadi orang ke-6 di Dunia yang   lulus lie-detector. Sejarah mencatat orang yang lolos uji lie-detector cenderung berkemampuan militer dan pernah berkarir di dunia intelejen. Jessica dalam hal ini tidak termasuk dalam salah satu kecenderungan tersebut.

3. Menurut keterangan suami korban: Korban Mirna terakhir bertemu dengan Jessica di Sidney Oktober 2014, dimana korban menasihati Jessica soal hubungan dengan pacarnya Patrick. Jessica marah atas nasihat korban. Kemudian di Indonesia, mereka kali  pertama bertemu kembali didampingi suami koran, 8 Desember 2015.  Jessica datang ke Indonesia mau mencari kerja. Pertemuan kedua kali mereka didampingi oleh Hani di kafe Olivier, 6 Januari 2016. Jessica menanggapi keterangan suami korban: tidak pernah curhat asmara kepada korban, saat terakhir jumpa di Sidney dengan korban  belum resmi berpacaran  dan nama Patrick tidak pernah disebutkan kepada korban Mirna saat itu.

4. Sebelum bertemu Mirna dan Jessica, Hani mengaku sempat melakukan percakapan personal melalui ponselnya  dengan Mirna. Mulanya, Hani hanya membuat janji  bertemu dengan Mirna, tanpa Jessica. Namun, mereka kemudian bertemu bersama-sama.

5. Korban Mirna yang minta dipesankan Kopi Es Vietnam oleh Jessica lewat pesan Whatsapp. Sebelumnya korban sempat meminum Ice Chocolate di gerai kopi Starbuck MNC Tower sampai pukul 16.00 WIB dengan rekan kerjanya. Korban Mirna tiba di Grand Indonesia diantar oleh suaminya  setelah sempat pulang ke rumah, untuk bertemu dengan Hani.

6. Sesaat setelah meminum Kopi Es Vietnam, Korban Mirna mengalami kejang-kejang dan mengeluarkan busa kemudian pingsan. Korban  tidak meninggal seketika  di lokasi.  Hani, teman korban telepon suami korban pukul 17.22 WIB. Sempat dirawat oleh Dokter Klinik Damayanti, Grand Indonesia selama 5 (lima) menit dengan penanganan medis standar untuk pasien pingsan biasa karena tidak ada tanda-tanda muntah akibat keracunan, denyut nadi normal 80 kali per menit.

7. Suami korban datang pukul 17.30 WIB. Menganggap klinik tidak memiiki perawatan memadai maka korban, suami korban meminta untuk dibawa ke RS Abdi Waluyo. Korban ditidurkan di jok belakang mobil suami korban dengan Hani. Suami korban menyetir mobil di depan didampingi oleh Jessica.

8. Dokter RS Abdi Walyu memastikan saat korban tiba pukul 18.00 dan memeriksa nadi tidak ada lagi, napas berhenti, pupil mengecil dan bola mata tidak ada reflek cahaya: Korban meninggal dunia saat dalam perjalanan ke RS. Dokter juga sudah memastikan bahwa jantung  korban sudah benar-benar berhenti setelah  dilakukan RJP dengan alat EKG selama 15 menit. Tidak ada keanehan seperti cairan kelur dari mulutnya.

9. Kepolisian melalui hasil uji laboratorium forensik menemukan kopi es  Vietnam telah dibubuhi 3 (tiga) gram racun sianida namun uji tes tiosinat ( enzim rodanase yang menetralisir sianida dalam tubuh) tidak ada.  Ahli patologi anatomi dan toksikologi menyakinkan meragukan kematian korban akibat racun sianida.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline