Boleh saya katakan bahwa ini merupakan kisah pengalaman kali pertama saya berkunjung ke kantor pusat PMI (Palang Merah Indonesia) provinsi DKI Jakarta yang berlokasi di Jalan Kramat Raya No.47, Jakarta Pusat, guna menyumbangkan darah saya pada saat bulan puasa tahun 2015 ini.
Jauh sebelumnya saya pertama kali mengenal PMI melalui organisasi sekolah yakni PMR (Palang Merah Remaja). Saat dahulu belajar di sekolah menengah kejuruan di Rawamangun, Jakarta Timur, saya kerap berpartisipasi mendonorkan darah melalui PMI Mobil Keliling yang memang dijadwalkan melangsungkan acara donor darah di sekolah. Acara pelaksanaan donor darah ini dikoordinasi oleh anggota PMR sekolah. Selepas darah saya dimasukkan ke kantong darah khusus label PMI Jakarta Timur, saya mendapatkan paket perbaikan gizi berupa bubur kacang hijau satu mangkuk, telur rebus dua butir dan susu UHT satu kotak.
Selepas tamat sekolah menengah kejuruan, saya vacuum menjadi pendonor darah karena kondisi kesehatan saya tidak memenuhi syarat menjadi pendonor dimana kondisi kesehatan saya menurut dokter tidak dapat menyumbangkan darah.
Adapun syarat menjadi pendonor darah yang perlu saya bagikan menurut informasi dari PMI DKI Jakarta yaitu:
- Sehat jasmani dan rohani
- Usia 17 tahun sampai dengan 65 tahun
- Berat badan minimal 45 kilogram
- Tekanan darah; sistole 100-170 , diastole 70-100
- Kadar Hemoglobin 12,5 g% - 17,0 g%
- Interval donor minimal 12 minggu atau 3 bulan sejak donor darah sebelumnya (maksimal 5 kali dalam setahun)
- Tidak menghidap atau mempunyai atau menderita penyakit dan ganguan kesehatan seperti: penyakit jantung dan paru-paru, kanker, tekanan darah tinggi (hipertensi), kencing manis (diabetes mellitus), kecenderungan pendarahan abnormal, epilepsi dan sering kejang, pernah menderita hepatitis B atau C, Sifilis, Ketergantungan Narkoba, Kecanduan Minuman Beralkohol, beresiko HIV/AIDS atau saran dokter untuk tidak menyumbangkan darah karena alasan kesehatan
- Sedang atau setelah kondisi seperti: sakit demam atau influenza (tunggu 1 minggu setelah sembuh), cabut gigi (tunggu 5 hari setelah sembuh) , operasi kecil (tunggu 6 bulan) , operasi besar (tunggu 12 bulan), transfusi darah (tunggu 1 tahun), tattoo-tindik-tusuk jarum-transplantasi (tunggu 1 tahun), kontak erta dengan penderita hepatitis (tunggu 12 bulan), sedang hamil (tunggu 6 bulan setelahnya), sedang menyusui (tunggu 3 bulan setelahnya), sakit malaria (tunggu 3 tahun setelah bebas malaria), tinggal di daerah endemis malaria selama 5 tahun berturut-turut (tunggu 3 tahun setelah keluar daerah tersebut), sakit typus (tunggu 6 bulan setelah sembuh), setelah vaksin (tungggu 8 minggu setelahnya), ada gejala alergi (tunggu 1 minggu setelah sembuh), infeksi kulit di daerah yang akan ditusuk (tunggu 1 minggu setelah sembuh)
Memang cukup banyak persyaratan yang harus dipenuhi pendonor guna melindungi kesehatan dan kelangsungan hidup penerima transfusi darah.
Kondisi kesehatan saya setelah tamat sekolah menengah kejuruan adalah sangat lemah karena berat badan sya turun drastis hingga 40 kilogram dari sebelumnya 50 kilogram. Saya didiagnosis oleh lami penyakit radang paru-paru akibat kebiasaan merokok sejak kecil. Dengan kondisi demikian, tentunya saya sangat tidak memenuhi syarat.
Saya memutuskan untuk total berhenti merokok dan harus menjalani terapi fisik, suntikan dan minum obat-obatan selama tiga tahun penuh sambil menjalankan aktivitas perkuliahan. Dokter menyatakan saya sudah sembuh total dan normal pada tahun keempat, namun harus terus menjaga asupan makakan dengan protein tinggi agar berat badan berangsur normal dan tubuh menjadi bugar. Kini badan saya tetap sehat bugar karena cukup rajin berolahraga dan menjaga pola tidur dan makan yang seimbang.
Posisi saya saat menyumbangkan darah saya adalah sebagai donor darah langsung dari keluarga pasien. Pasien keluarga saya menderita anemia dimana kadar hemoglobin (HB)- nya 8.5, dibawah normal yakni 12 sehingga membutuhkan tranfusi darah untuk menaikkan kadar HB menjadi normal, dengan transfuse darh jenis PRC sebanyak 500 cc atau 2 kantong darah. Pihak Rumah Sakit (RS) dan Pihak PMI menyatakan tidak ada stok darah B dengan komponen PRC sehingga ketersediaan darah adalah usaha keluarga pasien. Bahkan petugas loket darah PMI menyatakan bahwa stok untuk semua golongan darah dan jenis komponen darah, kosong.
Informasi stok darah berdasarkan golongan dan komponen darah pada kantor PMI DKI Jakarta dapat diakses di laman http://pmidkijakarta.or.id/, di kolom kanan dengan judul : update stock darah per tanggal dan jam. Golongan darah yang tertera : A, B, AB dan O sedang jenis komponen darah WB (Whole Blood), TC (Trombocyte Concentrate) dan PRC (Packed Red Cell - sel darah merah pekat).
Selama bulan puasa, pihak PMI DKI Jakarta dan pihak RS yang memiliki fasilitas bank darah mengalami kekosongan stok darah. Menurut keterangan petugas PMI yang saya sempat wawancara, kejadian ini adalah hal yang kerap terjadi setiap tahun khusus selama bulan puasa dan ditambah pasokan darah yang tersedia sudah banyak yang dihancurkan karena kadaluwarsa. Pendonor sukarela umumnya cenderung berkurang karena puasa. Aktivitas penyadapan darah di lantai 5 kantor PMI ini menjadi ramai saat 3 jalam setelah jam berbuka puasa. Hal ini sesuai panduan PMI perihal pendonor yang disarankan makan 3 atau 4 jam sebelum melakukan donor.