Saya mendapatkan undangan dari Paris Peace Forum setelah mengirimkan proposal melaui sastra dan budaya dan memmpromosikannya pada duta perdamaian pemuda dari 34 provinsi di seluruh Indonesia. Prosesnya mulai dari bulan Mei hingga saya menerima undangan bulan September dari Paris Peace Forum setelah melalui proses selama lima bulan.
Undangan ini merupakan suatu penghargaan dan penghormatan bagi saya karena ide saya semangat saya seperti tulisan saya dalam buku Wakil Presiden Jusuf Kalla yakni "Peacemaking ala Jusuf Kalla by poetry, Peacemaking and Humanity".
Essay saya terpilih dari 500 essay dari para perhimpunan Pelajar Indonesia yang berasal dari mahasiswa Indonesia dari beberapa provinsi dan berbagai negera seperti Wellington, Rusia, Jepang, dan sebagainya. Sehingga dalam forum saya bisa menuangkan ide dan membangun kerjasama serta lebih bergiat dalam membuat karya-karya tulisan serta mempresentasikan ide.
Hal ini juga dipicu adanya potensi konflik, ketegangan antar berbagai anak muda dan masyarakat gara-gara pilihan politik dan kondisi Jakarta yang sempat tegang membuat saya ingin berkontribusi mempromosikan perdamaian melalui sastra, budaya dan kemanusian sejak 2006 yang sudah membangun komunitas Lentera Pustaka Indonesia serta membuat gerakan sastra dan inisiatif #poetryforpeaceandsoul dan #travellingpoetry yakni [puisi untuk perdamaian dan motivasi jiwa serta Puisi Perjalanan, yakni mempromosikan kota-kota dan daerah di Indonesia melalui penulisan puisi tentang kota/daerah yang dikunjungi melaui karya puisi.
Sehingga, bisa juga menjadi #citybranding suatu kota, yang berhasil adalah Banyuwangi, Pematang Siantar, Bengkulu, Maulaboh, Pekanbaru, Yogyakarta, Jakarta, Medan, Padang Sidimpuan dan kota lainnya.
Saya juga menerbitkan buku puisi pesan damai bumi yang bermakna persatuan dan harmoni bagi pemuda, masyarakat dan bangsa.
Saat menuju Paris saya juga membawa mascot boneka," ikon perdamaian" yakni boneka boneka penari betawi sebagai alat memperkenalkan Indonesia melalui boneka bercorak budaya.
Boneka Ikon perdamaian ini saya namai "Dame" sebagai doll ambassadors yang berbentuk kalung yang saya berikan sebagai souvenir kepada delegasi dari Livenia, Paris, Canada, Mali dan sahabat diaspora yang ada di Paris. Ada juga boneka Papua sebagai ikon yang saya bawa memperkenalakan Indonesia dari Sabang sampai mereka
Perjalanan memiliki beberapa tantangan Namun itu tidak menyurutkan langkah saya karena mendapatkan undangan adalah suatu prestasi sekian lama bergiat di dunia sastra dan budaya, saya tetap ikhtiar untuk berangkat dengan segala kerendahan hati membawa harum kota Jakarta sebagai sastrawan Jakarta khususnya dan Indonesia pada umumnya .
Semoga ini menjadi awal dalam pengembangan pariwisata dan budaya DKI Jakarta karena bagaimanapun Jakarta adalah ibukota negara yang beragam etnis dan memiliki seratus lebih kantor perwakilan diplomatik (Kedutaan) negara sahabat sehingga sangat penting untuk mempromosikan kota Jakarta sebagai kota berbudaya, hijau dan damai di forum internasional.
Hal ini juga di dasari dengan adanya sister city antara Jakarta dan Paris yang sudah di gagas sejak 8 agustus 1995 yang ditandai dengan penda tanganan naskah memorandum antar Jakarta dan Paris tapi masih vacum.