apapun yang ada dalam sejarah tak akan hilang
meski dimakan rayap
namun ada yang hidup dan berbicara
ada prassati yang mengirimkan aroma ksatria
luka dan asa di bungkus impian semalam
generasi bertumbuh dengan zamannya
Namun ada yang diam
Ada yang melampauinya
Biola tua berdebu di ujung ruangan dibersihkannnya
sahabatnya telah menitipkan melodi lagu Indonesia raya
biola itu sudah terlalu tua untuk mengirimkan pesan kebangsaan
Ia meminjam biola itu
di mainkannya di tengah masyarakat Indonesia Timur
yang melupakan sebuah melodi cinta
dalam kepolosan menerima peradaban
Karena perihnya hidup menoreh kata bahagia
Jauh dari sejahtera bagaimana menerima tawa
dia memainkan biola tua itu ditengah keterasingan
kebebasan hanya impian
kemerdekaan adalah perjuangan
kemandirian adalah kehormatan
esok di akan berangkat ke eropa
mereka-reka apa yang akan disampaikannya
di forum internasional itu
hanya imaji tentang sebuah negara
perempuan-perempuan yang dicintainya
menitipkan sehelai sapu tangan berwarna dwi warna kusam
ada yang dijemput
ada yang menghantarkannya hingga gerbang
Tapi dia tahu siapa yang akan mendampinginya di istana
sepasang mata melihatnya tersenyum
karismanya terlalu tinggi
untuk disepelekan oleh penindasan
karena kemerdekan adalah peradaban
yang hanya bisa disentuh oleh keyakinan
matanya nanar
selembar surat khabar
khabarkan berita
sudah sampaikah beritanya padamu
wahai pemuda
#Puisi-PuisiEdridaPulungan
Istana Cipanas, 2013
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H