Lihat ke Halaman Asli

Edrida Pulungan

TERVERIFIKASI

penulis, penikmat travelling dan public speaker

Review Film "12 Menit": Mimpi Melihat Tugu Monas dan Tugu Dunia

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13908893481793059993

[caption id="attachment_318847" align="aligncenter" width="300" caption="poster  film 12 menit kemangan untuk selamanya. doc.sayhaymovie.blogspot.com"][/caption]

Film 12 Menit Kemenangan Untuk Selamanya diadopsi dari novel dengan judul yang sama karya Oka Aurora. Film ini bercerita tentang tiga remaja yang dipertemukan dalam sebuah Marching Band yang dilatih oleh Rene (Siti Rajo Bintang) pelatih Marching Band professional untuk membawa Marching Band Bontang ke kancah nasional. Dan bagi Rene ini adalah tantangan besar memimpin seratus tigapuluh anak dari kota kecil. Mereka datang dari berbagai latar belakang. Jadwal latihan Marching Band itu padat, berat dan keras. Elaine (Amanda Sutanto), Tara (Arum Sekarwangi), dan Lahang (Hudri) berusaha meraih mimpi mereka sambil mengatasi rumitnya masalah kehidupannya masing-masing. Dengan kegigihan dan perjuangan, hingga akhirnya grup Marching Band ini berhasil memenangkan kompetisi tingkat nasional.

Isu yang dibawa dalam film ini menarik seperti isu tentang pendidikan, budaya, kearifan lokal, sosial, serta cita, cinta dan impian yang diramu dengan baik oleh sutradara Hanny R. Saputra. Karena dalam film ini kita merasakan aura kehidupan anak-anak di daerah/pelosok pulau yang begitu mengimpikan Jakarta dan bisa melihat tugu Monas.Melihat Monas adalah awal melihat tugu-tugu di dunia bagi seorang Lahang. Itulah pesan dari ibu Lahang dalam kumpulan puisi ibunya yang diserahkan ayahnya yang sudah sakit menahun. Hal yang sederhana itu adalah mimpi sebahagian anak-anak yang tinggal di daerah.Mereka yakin semua hanya bisa diwujudkan dengan kesungguhan hingga mimpi menjadi nyata. Karena kesuksesan sejati tidak selalu harus dibingkai dengan instant namun melalui tekat, semangat dan perjuangan. Karena pada akhirnya semua kesuksesan itu akan kembali kepada diri sendiri setelah mapu menaklukan diri sendiri dari ketakutan dan keraguan. Dan ketika sukses menghadirkan bahagia, Jika kebahagiaanitu mampu dinikmati dengan orang yang kita sayangi dan cintai. Meski tak selamanya demikian. Karena kadang impiandan sukses tidak datang dalam waktu yang cepat, kala orang yang kita sayangi masih hidup.

Begitujuga dengan pilihan Eleine dengan talenta musiknya yang dilarang keras oleh ayahnya (Nobuyaki Suzuki) adalah perjuangan seorang anak yang berani menyampaikan minat yang disukainya meskipun tak sejalan dengan keinginan orangtuanya. Namun komunikasi yang baik akan berujung dengan baik. Mungkin ini masukan yang baik untuk seluruh keluarga di Indonesia. Karena kecerdasan itu beragam bukan hanya di lihat dari sudut eksakta namun juga seperti seni juga adalah kecerdasan otak kanan yang juga harus disyukuri.

Isu tentang kepedulian sosial juga menarik karena setiap talent tentu perlu dukungan dari pemerintah daerah dan perusahaan daerah yang bisa menjadi mitra pendukung putera-puteri terbaik daerah untuk berprestasi. Begitu juga Marching Band Bontang yang di bantu oleh CSR Pupuk Kaltim dalam pengembangannya.Saya salut dengan komitmen tersebut. Dan saya percaya kelak prestasi itu juga yang mengharumkan nama daerah Bontang untuk dikenal dan dikunjungi sebagai satu daerah di Indonesia yang gemilang.

Saya memberikan nilai 4 untuk semua pesan yang berhasil disampaikan dengan anggun dalam film ini. Semoga makin banyak film-film Indonesia yang berkualitas. Dan membangkitkan imajinasi, impian dan perjuangan setiap insan manusia untuk tetap yakin pada apa yang dicintainya. Salam inspirasi

Oka Aurora




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline