Lihat ke Halaman Asli

edrea regina

mahasiswi

Analisis 2 Studi Kasus dalam Sudut Pandang Liberalisme dan Neo-Liberalisme

Diperbarui: 25 Oktober 2023   00:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kasus Pertama

IA-CEPA Pacu kerjasama Ekonomi Indonesia & Australia

* Perspektif Liberalime
Dari perspektif liberalisme, IA-CEPA memiliki hubungan liberalisme interdependen karena Indonesia menjalin hubungan erat dengan Australia. IA-CEPA ini memiliki hubungan kerjasama mencakup perdagangan ekspor - impor, ketenagakerjaan, telekomunikasi, investasi, dan perdagangan elektronik. Hubungan kerjasama Indonesia - Australia saling menumbuhkan kepercayaan dengan memiliki potensi pasar yang menguntungkan dalam kedua belah pihak. IA-CEPA menjadi perlindungan dan fasilitas investasi bagi investor dikedua negara, terutama disektor Infrastruktur, energi, pariwisata, dan lain-lain. 

IA-CEPA juga dapat menjadi jembatan antara Indonesia dan Australia karena saling memanfaatkan keunggulan satu sama lain untuk meningkatkan produktivitas. Contoh : Indonesia dapat meningkatkan ekspor produk seperti otomotif, tekstil, kayu, karet, elektronik, mesin, makanan, dan minuman serta pengembangan industri kreatif. Sedangkan Australia dapat menanamkan modal diperusahaan Indonesia.

* Perspektif Neo-Liberalisme

Dari perspektif neo-liberalisme, IA-CEPA ini tidak memiliki banyak aturan, akan tetapi adanya perjanjian di bidang ekonomi (economic powerhouse) yang telah ditandatangani pada Maret 2019 dan telah melalui proses ratifikasi yang ditindaklanjuti dengan penerbitan UU No. 1 Tahun 2020 tentang Pengesahan Persetujuan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia dan Australia

Kasus Kedua

Seluruh Utang Dilunasi, IMF Tak Bisa Intervensi Indonesia

* Perspektif Liberalisme
Dari perspektif liberalisme, pelunasan utang Indonesia ke IMF merupakan hal yang positif. Hal ini karena utang dapat menjadi beban bagi perekonomian suatu negara. Utang yang terlalu besar dapat menyebabkan negara tersebut menjadi bergantung pada pihak pemberi utang, sehingga dapat menghambat kebebasan dan kemandirian negara tersebut dalam menentukan kebijakan ekonominya.


* Perspektif Neo-Liberalisme
Dari perspektif neo-liberalisme, Neo-liberalisme adalah aliran pemikiran ekonomi yang menekankan pentingnya pasar bebas dan perdagangan bebas. Dari perspektif neo-liberalisme, pelunasan utang Indonesia ke IMF merupakan hal yang penting untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. 

Utang ke IMF dapat menghambat pertumbuhan ekonomi karena membebani anggaran pemerintah, mengurangi ruang fiskal untuk investasi, dan dan dapat menerapkan kebijakan ekonomi yang lebih sesuai dengan kondisinya sendiri. Hal ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline